Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mari Keraskan Hujatan Kita pada Mas Joko

29 Januari 2016   09:36 Diperbarui: 30 Januari 2016   02:35 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampung padat penduduk dan kumuh itu mendadak heboh suatu pagi. Itu terjadi saat Mang Japra si penjaja air keliling mengedarkan undangan. Semua orang sudah menduga lelaki itu bakal nikah dengan Jeng Klitan. Namun ketika undangan dibuka, dibaca, dan diamati berulang-ulang, yang terbaca di situ nama Jeng Klitan dengan Mas Joko…..Ya, orang-orang tidak salah baca: Mas Joko! Hari/tanggal resepsi tahun depan!

Maka ramai-ramai orang kampung mencari kabar pasti dan kebenaran mengenai isi undangan itu ke rumah Mas Joko. Namun rumah kontrakan itu sudah kosong. Bersih. Agaknya semalam diam-diam suami-isteri itu menghilang bersama semua perabotan rumah yang tak seberapa banyak untuk pergi  entah ke mana.

Kampung tambah geger. Karena sepagi itu suara Jeng Klitan sudah mendayu-dayu merdu menggumamkan sebuah dangdut melow, seperti dalam sinetron. Bukannya menangis sedih, ia malah tertawa, terkikik, dan bernyanyi-nyanyi.  Orang-orang sekeliling makin bingung. Tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. . .!

Agak siang muncul sebuah spanduk di pagar rumah kontrakan itu, dengan tulisan mencolok: ‘Mari keraskan hujatan kita kepada Mas Joko! Dialah biang keladinya. Temukan dimanapun keberadaannya. Hajar, habisi. Jangan beri ampun!’ Siapa lagi pembuat spanduk provokatif itu kalau bukan Jeng Klitan. Sempat-sempatnya ia membuat digital printing untuk sekedar pamer kemarahan begitu.

Kabar yang beredar setelah itu  lebih menyentak: Jeng Klitan hamil. Agaknya ia termakan kelicikannya sendiri. Hari itu Mang Japra pun mengikuti jejak Mas Joko, ikut menghilang.

Cibaduyut, 27 Oktober 2015 – 29 Januari 2016

Sumber gambar

Simak juga artikel lain  :

1. Merampok Diri Sendiri, Drama yang Gagal

2. Di Pelabuhan Bitung, Ombakpun Limbung

3. Teroris dan Koruptor yang Berbeda Nasib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun