Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Den Bhaghoese dan Rumah Sendiri

15 Januari 2016   01:07 Diperbarui: 15 Januari 2016   01:41 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin tinggi intensitas menulis maka harapan akan makin riuhnya acungan jempol/komentar, dan penilaian melanda  gegap-gempita, terlebih jika tulisan semakin seru, heboh, lebai, dan istilah lain entah.

Ketika harapan tinggi itu tak ter-raih, bahkan tak tersentuh, maka membuncahlah perasaaan gagal, perasan kalah, dan perasaan tersisih yang makin jauh. Jatuh pun dari ketinggian mengempaskan segenap harap yang terlanjur jauh melambung, untuk kemudian terjerembab di dasar di tempat terendah-.

Mundur, Kita

Jangan ada lagi penulis di blog keroyokan, beberapa pejabat publik pun akhir-akhir  ini punya kesadaran baru tentang arti dan hakikat mundur. Rasanya itu bukan semata pertanda kalah dan salah, atau sekedar marah, namun ada di sana rasa tanggungjawab.

‘Target pajak  yang tidak tercapai’ ,dan ‘kemacetan lalu-lintas yang sangat parah’ menjadikan dua dirjen menempuh langkah yang sama: mundur. Tentu persoalan DB sangat berbeda, namun substansi ‘mundurnya’ sama. Yaitu sama-sama berlatarbelakang pertaruhan rasa tanggungjawab.

Tanggungjawab terhadap hati nuraninya, terhadap keyakinannya, terhadap orang-orang maupun lembaga yang telah mempercayainya untuk menjadi se-ideal mungkin dalam kedudukannya. Saya membayangkan diri saya sendiri, bila dalam posisi DB, entah apa yang akan saya perbuat.

Penutup

Pada masa mendatang masih akan ada lagi Kompasianer yang memilih meninggalkan rumah besar ini. Mungkin saja, dan sulit ditolak.  Mungkin disebabkan penilaian pada  kondisi rumah yang dianggap tidak ideal lagi, tidak kondusif lagi, tidak familiar dan akrab lagi, atau tidak mewadahi aspirasi lagi. Atau alasan lain yang lebih sederhana: malas, tidak da waktu, perhatian tersita ke hal lain, dan banyak lagi. Entahlah,

Satu hal yang pasti, setiap peristiwa  membuka pembelajaran di dalamnya. Slogan ‘conneting and sharing’ di Kompasiana mestilah diperbaharui dalam pemahaman maupun pelaksanaannya agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi. Sekali lagi, mundur adalah peristiwa biasa. Mudah-mudahan diluar sana DB menemukan habitat dan lingkungan baru yang lebih ideal di mata dan hatinya. Entahlah. . . .

Bandung, 15 Januari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun