menyusuri lautan rasa, bentangan perasaan rela
Biarlah kini kumembakar diri dengan lapar
dan sabarMu!
Cibaduyut, Desember 1999
----
Hidayah, Kebeningan Hati
Berpindah ke soal hidayah. Telah banyak disyiarkan bahwa soal hidayah itu urusan Allah. Diriwayatkan ada beberapa nabi yang tidak mampu mengubah ketetapan hati keluarga mereka untuk berubah.
Â
Hidayah tidak semata berkaitan dengan pengakuan bertauhid atau tidak. Mudah atau sulitnya seseorang mengerjakan amar ma’ruf nahi munkar juga dipengaruhi oleh hidayah itu.Â
Oleh karenanya betapa beruntung seseorang bila mendapatkan hidayah untuk dimudahkan dalam beribadah dan semua perilaku mulia. Seperti disampaikan Rasulullah: siapa yang hidupnya hari ini lebih baik daripada kemarin mereka termasuk orang yang beruntung, bila sama dengan kemarin termasuk merugi, dan bila justru lebih buruk dari kemarin berarti celaka.Â
Dan saya, meski dengan terbata-bata dan dimulai dengan memaksakan diri, lambat-laun dapat membiasakan diri: sholat wajib lima waktu berjamaah di masjid, sholat tahajud, sholat dhuha, lebih rajin berinfak-shadakah, berperilaku sabar dan suka mengalah, dan terus mengerjakan amalan sekecil apapun yang dapat dilakukan. Dalam hal menjaga lisan, terus berusaha berkata-kata baik, beristigfar, berdzikir, bershalawat, dan mengucap salam kepada sesama muslim. Tidak sepenuhnya berhasil, namun sudah menuju ke jalan sana.Â