Pertama, Gayus melalui nama Pakdhe Kartono (PK) terus-menerus menyebut diri bahwa ketampanannya melibihi Brat Pitt si bintang film Amerika itu. Dia narsis bahwa dirinya punya kelebihan ini dan itu, begini dan begitu, sehingga lebih tampan dari foto pinjaman itu. Keyakinan yang dibuat-buat itu celakanya lama-kelamaan membingungkan orang lain, bahkan ada yang menganggapnya sebuah kebenaran.
Â
Kedua, Gayus mampu menggambarkan sosok tua dan bijak dibalik nama bernuansa suku Jawa yaitu PK. Pakdhe dalam budaya Jawa wajib dihormati karena ia lebih tua dibandingkan bapak dan/atau ibu kita, bahkan seringkali dia menjadi wakil keluarga alias dituakan manakala kedua orangtua sudah tiada. Sebutan itu diikuti pula dengan berbagai ungkapan maupun pengetahuan lain perihal ke-Jawa-an. Ini menjadi salah satu magnet bagi orang Jawa dan keluarganya.
Ketiga, Gayus melalui PK berhasil mengumbar empati dan simpati pada tulisan lain sehingga banyak orang jatuh-bangun ganti melayangkan hal serupa pada dirinya. Siapapun di belakang nama PK tidak lagi dipedulikan, siapa dan bagaimana dia tidak lagi dihiraukan. Yang ada cuma bayangan sosok PK yang serba menyenangkan/ menghibur/bijaksana itu.
Â
Keempat, Gayus melalui PK berhasil membuat diri disayang oleh sekelompok orang sekaligus dibenci oleh sekelompok orang lain di K. Orang yang sayang sampai keliwat-liwat mesra, yang benci pun sebegitu bengis. Dengan berbagai penelusuran, pengendusan, dan terutama juga kejelian sejumlah K’ers, kecurigaan pun sudah dilontarkan sejak berbulan-bulan silam. Tapi orang ini terampil berkelit, bercanda, serta mengalihkan pembicaraan.
Â
Kelima, prestasi tertinggi Gayus melalui sosok PK adalah kemampuan menjerat perhatian dan sanjungan dari Admin K sehingga banyak tulisannya yang terpajang manis siang-malam berminggu-berbulan mungkin juga bertahun. Dengan kata lain, dari aspek konten tulisan sebenarnya tidak ada masalah. Namun kenapa harus Gayus -yang salah satu isi tulisannya tentang pemberantasan korupsi-?
Â
Keenam, dengan bantuan dua orang K’ers berhasil membuat nama Gayus kembali berkibaran di jagad media arus utama maupun media sosial negeri ini. Itu pasti ‘hasil perjuangan’ setelah sekian lama namanya tenggelam oleh sosok lain yang ganti-berganti dan tak kalah rakus dalam melahap uang Negara. Konsekuensinya, Gayus berhasil pindah rumah tinggal, dari Bandung ke Bogor. Mungkin dia sudah bosan dengan suasana dan lingkungan lama, mungkin pingin mencari suasana-tantangan dan teman-teman baru. Tapi jangan-jangan tabungannya memang sudah terkuras habis untuk aneka biaya ‘izin’ keluar tembok penjara selama ini.
Â