Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mogok pun Menular, Pedagang Daging Ayam Tak Mau Ketinggalan

21 Agustus 2015   00:25 Diperbarui: 21 Agustus 2015   00:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Terkait dengan naiknya harga daging ayam tentu tidak ada pihak yang mau disalahkan. Dan memang tidak mudah mencari biang keladi penyebab harga daging ayam naik. Mungkin saja ada yang bermain, atau semua memang bermain, tapi bukan tidak mungkin memang ada celah regulasi yang rentan dipermainkan pasar. Satu  hal yang pasti, para pedagang tidak mau rugi. Itu sebabnya mereka memilih mogok.

 

Hikmah

Tidak makan daging sapi (harganya belum juga turun menjadi normal), serta adanya mogok pedagang daging ayam mestilah menyadarkan konsumen untuk lebih cermat dalam berhitung. Aksi mogok itu barangkali juga memberi kesempatan kepada konsumen untuk mencari alternatif makanan pengganti. Pilihan menu ikan, serta  tahu-tempe dan sayuran agaknya sulit dihindarkan.

 

Kondisi itu tentu berbeda dengan tahun 70 atau 80-an lalu. Dulu karena ketiadaan  (petani dan kalagan menengah), sedang saat ini karena urusan kesehatan. Saat ini makan daging dan telur ayam bukanlah menu mewah, sehingga tidak sedikit orang yang merasa bosan.

 

Bagi peternak dan pedagang tentu ada hikmah lain yang mungkin belum pernah terbayangkan. Seorang pegang ayam jika tiap hari menjual 50 sampai 100 ekor ayam (ukuran pasar desa) maka sebanyak itu pula sebenarnya ayam yang harus disembelih dan dipisahkan antara tubuh dengan nyawanya. Seekor ayam betapapun adalah mahluk hidup. Bayangkanlah tiap hari ribuan, puluhan ribu, ratusan bahkan jutaan ekor ayam harus meregang nyawa agar dagingnya dapat kita makan. Pedagang daging ayam dapatlah dikatakan berdagang nyawa pula.

 

Kalau salah niat dan doa yang dipanjatkan -sebelum ayam disembelih- maka bukan tidak mungkin daging ayam itu menjadi haram dimakan. Selain itu “pembunuhan’ itu kalau untuk sesuatu yang sia-sia pasti tidak ada barokah, tidak ada nilai pahala, dan bahkan mungkin menjadi penyebab turunnya azab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun