Sebaliknya alangkah banyak orang yang karena kondisi tertentu (eks tapol Pulau Buru misalnya) dan tekanan tertentu (kemiskinan, keterpencilan, ketergantungan) rela melepaskan keislamannya (kehilangan hidayah). Dan soal hidayah ini bahkan nabi /rasul pun tidak diperkenankan doanya. Soal  hidayah semata hak prerogatif Allah SWT.
Nah, soal peristiwa seseorang mendapatkan hidayah ini sebaiknya dimuat pada media terbatas, media khas, media sosial dengan pertemanan yang terbatas pula (sesama muslim). Dengan begitu muslim ktp (prosentasinya tidak kecil) dapat belajar. Agak mengherankan dan sangat disayangkan saat ini banyak orang yang gemar ber-copas ria aneka peristiwa mualaf pada media umum, dan pada medsos pertemanan umum. Dan hal itu jangankan mendapatkan simpati, sering justru memunculkan komentar miring disertai rasa antipati.
Nah, begitu saja yang saya ketahui dan dapat saya tuliskan. Mohon maaf tentu banyak kekurangan dan kesalahan. Bersamaan dengan itu  saya mengajak mengguna medsos: Selektiflah melakukan copas soal mualaf, lebih baik tuliskan sendiri pendapatmu, namun agar lebih akurat dan/atau jika merasa kurang pede sertakan juga link referensinya. Wilujeng wengi, wasalam.
Bandung, 5 Agustus 2015
---
Sumber gambar:
http://ktanabefineart.com/workszoom/667183/istanbul-turkey-i-blue-mosque
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H