1/
Meski kusut tidak juga lembut apalagi gemulai
Tapi tarianmu melembutkan hatiku
Saat terik menghardik, jalanan siap menerkam
Â
Engkau melenggang riang mencandai siang
Tarikan di kulit dan raut wajahmu digurat renta
Meski greget dan katup bibir keras, sulit berpura
Â
Musikmu aneka suara bising derit rem dan mesin
Lengking klakson, derum knalpot, juga galak makian
Tumpukan emosi untukmu, hantaman macet dan gerah
Â
2/
Engkaukah si penari itu, baru kusadari
Yang merentang siang dari simpang ke simpang
Kusimpan haru melihatmu meniti hari berbekal bimbang
Â
Punggungmu kebal untuk semua beban berkarat
Di atas aspal meleleh yang menampung jutaan keluh
Keindahanmu tak dihirau sesiapa, selain nurani merapuh
Â
Kerling mata, sudut senyuman, dan derasnya keringatmu
Menarikan lipatan perasaan gamang didera kalah
Sendirian di tengah kota melaju dan terus menari kaku
Â
3/
Di atas roda berjari-jari, di sadel berbalut kain lusuh
Tubuhmu kusam menggeliat, melompat, dan menukik
Tangan-kakimu menggebah, nafas sesak, mengayuh jauh
Â
Tidak juga lembut apalagi gemulai, sesekali bahkan keliru
Tapi tarianmu melembutkan hatiku, meski apalah aku
Kini tarianmu makin tersisih, orang tak peduli tak bersimpati
Â
Tidak ada lagi panggung bagimu selain arena kosong
Semua cerita duka menjadi rongsok untuk didaur ulang
Juga nasib dan jiwamu, kejarlah panggung lain atau pulang!
Bandung, 13 April – 2 Agustus 2015
---
Sumber gambar: http://chaartz13.deviantart.com/art/becak-en-lampu-jogja-68988203
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H