Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Empat Menit yang Membingungkan, Instrospeksi Ramadhan

30 Juli 2015   13:37 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:34 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau ada adzan sholat maghrib berbeda beberapa menit, antara satu masjid dengan masjid lain, atau antara satu stasiun tv dengan stasiun tv lain, mungkin pengaruhnya tidak seberapa besar. Karena pelaksanaan sholat tidak seketika dilakukan begitu adzan bergema. Namun ketika perbedaan itu terjadi pada bulan Ramadhan persoalan pun menjadi runyam.

Setiap muslim maklum bahwa membatalkan puasa beberapa menit sebelum waktu berbuka tiba berarti shaum seseorang batal. Setidaknya berkurang nilai puasanya.

Itulah yang terjadi pada penentuan adzan maghrib di kawasan Bandung dan sekitarnya pada bulan Ramadhan 1436 Hijriah lalu.

 

Bingung

Adzan maghrib yang dikumandangan di masjid-masjid menjadi acuan utama muslim-mulimah yang melaksanakan shaum untuk menentukan saat berbuka. Begitu adzan terdengar tanpa piker panjang langsung sruput…. teh manis panas, dilanjutkan melahap hidangan kolak atau kurma, dan begitu seterusnya. Agak tergesa memang agar tidak ketinggalan sholat maghrib berjamaah di masjid terdekat.

Tapi pada siaran televisi, khususnya TVRI Jabar masih asyik dengan aneka ucapan Ramadhan dan iklan. Adzan maghrib belum disiarkan. Bahkan pada salah satu iklannya juga ada visual orang memukul bedug diikuti adzan meski sekilas. Tapi waktu berbuka memang belum tiba. Hingga Gubernur Jabar muncul memberikan ucapan selamat melaksanakan ibadah shaum, maka  beberapa detik kemudian adzan maghrib betul-betul tiba.

Orang dapat saja berpikir, wah ini petugas televisinya (pengarah acara/PD, switcherman, audioman, dll.) agak lengah mengatur waktu. Atau mungkin ada yang berpikir negatif, mentang-mentang iklannya banyak lalu adzannya dimundur-mundurkan.

Ternyata persoalannya tidak sesederhana itu. Saya sendiri baru menyadari setelah mendapatkan saran dari seorang kakak, agar menunda waktu buka empat menit dibandingkan adzan di masjid. Secara berseloroh kakak menggambarkan kebingungan soal waktu berbuka puasa ini, isterinya berjamaah pada masjid, sedangkan ia berjamaah pada televise Pemerintah. Beberapa hari kemudian petugas masjid di kompleks saya juga tampak sibuk memperbincangkan soal perbandingan waktu adzan yang selama ini dilakukan mengikuti jadwal yang berbeda dengan TVRI Jabar.

 

Dua Instansi

Kementerian Agama Kanwil Jabar mengeluarkan edaran waktu adzan maghrib 4 (empat) menit lebih cepat dibandingkan waktu seharusnya. Edaran itu dijadikan pedoman bagi Kompas TV dan beberapa tv swasta lain di Bandung, dan kemudian menjadi dasar waktu sejumlah masjid menentukan waktu adzan. Tentu saja masjid lain pun ikut.

Sementara itu Kementerian Agama Kantor Kota Bandung mengeluarkan edaran sesuai waktu yang seharusnya, dan edaran itu dipergunakan oleh TVRI Jabar dalam menentukan waktu adzan.

Latar belakang perbedaan perhitungan waktu adzan maghrib itu ditulis wartawan senior Pikiran Rakyat Bandung M. Ridlo Eisy kemarin (23 Juli 2015, edisi cetak).

Menurut Ridlo Eisy, koreksi yang dilakukan TVRI dan Pikiran Rakyat  hanya berhasil sebagian, namun sebagian masyarakat di Bandung masih menggunakan jadwal Kantor Jabar.

Perbedaan itu terjadi karena masalah perhitungan ketinggian suatu kota/kawasan. Daerah yang elevasinya nol yaitu kota.kawasan di daerah pantai maka adzan maghribnya datang lebih cepat. Sementara untuk daerah di ketinggian (Bandung terletak pada 600 sd 900 mdpl) ditambah beberapa menit, tergantung elevasinya.

 

Penutup

Hampir tiap tahun jadwal imsakiah Ramadhan dibuat, dan baru kali ini ada kasus yang terlihat ganjil itu. Biasanya yang ada perbedaan penentuan awal Ramadhan dan kapan jatuhnya tanggal 1 Syawal,  sekarang muncul soal lain yang tidak diduga-duga….!

Jangan-jangan masalah ini sudah lama ada namun tidak diperhatikan? Jangan-jangan sampai saat ini pun hal itu belum ada perubahan? Semoga tidak!

Masih dalam suasana bulan Syawal 1436 Hijriah, saya dan keluarga mengucapkan selamat Idul Fitri kepada segenap Kompasianer dan Admin, mohon maaf lahir dan batin, semoga amal-ibadah kita selama bulan Ramadhan lalu diterima Allah Swt dan menjadikan kita kembali ke dalam firah….aamin.

Bandung, 30 Juli 2015

---

Sumber gambar: https://irsulandjana.files.wordpress.com/2012/08/deferer.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun