Sugiyanto Hadi P. - No. 79
Mang Alif bin Kohar menjadi tua di atas becak. Keringatnya mengucur dalam terik siang, menggigil dalam beku malam. Uang yang diperolehnya pun kecil tidak disyukuri.
Namun hari itu keadaan berubah. Berbasah peluh, digulung letih memang. Bedanya ia berwajah cerah, tidak lagi kuyu dan muram. Seminggu ini ia hijrah. Kini ia pandai melempar senyum, menyerobot salam kepada sesiapa yang ditemuinya. “Assalamu’alaikum!”
“Ada yang berbeda, Mang? Ramah dan rapi?” tanya Mas Jupri si penjual bakso penasaran.
“Kalau Mas Jupri mau meniru sikap saya, sepulang berjualan nanti saya perkenalkan Mas dengan seseorang!” jawab Mang Alif menawari. Ia kembali mengayuh becaknya menuju pangkalan.
Adzan ashar berkumandang dari Masjid depan pasar. Mang Alif singgah. Ia sempatkan mandi cepat-cepat. Berganti pakaian bersih bekal berkeluh-kesah pada Tuhan.
Malam hari Mas Jupri menemukan sekumpulan orang senasib. Mereka tukang becak, pedagang kaki lima, sopir angkot, dan tukang parkir. Sebagai anggota baru ia menerima baju koko, sarung, kopiah, dan sembako. Syarat keanggotannya gampang: sholat wajib berjamaah tidak bolong, selalu bersyukur, dan ramah.
Pemrakarsa perubahan itu Bang Dirga, mantan preman. “Tiga bulan ini saya meraih hidayah. Insyaf, lalu mengajak kalian untuk rajin sholat!” katanya.
Itulah kenapa Mang Alif bin Kohar berubah. Kini ia cinta masjid, berpenampilan alim, dan banyak melempar salam.
===
Sumber gambar : http://travel.nationalgeographic.com/travel/traveler-magazine/photo-contest/2013/entries/209800/view/
==
Untuk membaca karya peserta silakan klik link ini: http://www.kompasiana.com/androgini/fapi-inilah-perhelatan-dan-hasil-karya-peserta-event-fiksi-aku-punya-impian-di-kompasiana_5599e151e422bda106b73769
Dan silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
===
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H