-Penggunaan kata ‘bernilai’ pada berita ‘Penangkapan Pengedar Uang Palsu’ juga masih sering terjadi. Jurnalis mestinya jeli/cermat dalam menggunakan kata itu. Bila uang palsu itu masih beredar di tengah masyarakat maka masih ‘bernilai sebagaimana nilai nominal yang tertera pada angka pada lembaran uang’. Misalnya berita tentang perkiraan jumlah uang palsu yang beredar. Namun bila sudah ditangan polisi, alias sudah terungkap sebagai uang palsu, memberitakannya dengan menghitung jumlah lembarannya dan berapa nilai nominalnya.
-Penggunakan kata ‘padahal’. Pada peristiwa kecelakaan seringkali korban diberitakan sedang merencanakan suatu kegiatan tertentu sebelum nyawa melayang. Pernah saya baca di suratkabar: ‘Korban tewas di rumah sakit, padahal dua minggu lagi ia akan melangsungkan pernikahan…..’. Tentu tidak mungkin si korban dihidupkan kembali (untuk kemudian dimatikan) semata-mata karena ia mempunyai rencana tertentu.
-Pemakaian kata ‘menutup’. Ini terjadi pada program berita televisi. Penyiar berita sering menyampaikan kalimat klise: ‘Berita tadi sekaligus menutup program berita (sebut salah satu judul program berita sebuah stasiun tv)……’ Padahal kita semua tahu Penyiar Berita/Host/Anchor/News Presenter atau apapun namanya itu yang mestinya membuka dan menutup acara, dan itu memang tugasnya. Agar penyiar berita tidak disebut pemalas, maka kalimat yang disampaikannya mestinya menjadi: ‘Berita/liputan/tayangan tadi menjadi bagian akhir pada……..!’ Penyiarlah tetap yang menutup dngan kata-kata: "Sekian berita malam ini. Terimakasih atas perhatian Anda, dst."
Penggunaan kata ‘merubah’. Sudah banyak diingatkan bahwa kata dasarnya adalah ‘ubah’, sehingga bila mendapatkan awal ‘me’ menjadi ‘mengubah’ bukan merubah. Karena tidak ada kata dasar ‘rubah’; yang ada adalah hewan berkaki empat sejenis anjing yang hidup di hutan benama rubah. Maka jangan mengatasnamakan hewan itu untuk kepentingan yang dia sama sekali tidak tahu-menahu. Pun tidak ada sesiapapun yang bersedia menjadi rubah, atau berperilaku layaknya rubah. Maka jauhkan kata merubah karena itu salah.
Penutup
Sekali lagi dengan bermodal sedikit pengamatan saya membuat tulisan ini. Tentu saja ulasan akademis dan ilmiahnya menjadi tanggungjawab para editor suatkabar/majalah/buku, para guru Bahasa Indonesia,  dan ahli bahasa untuk menguraikannya. Apa yang saya tulis itu sekedar apa yang saya rasakan sebagai pembaca, dan sesekali menggunakannya.
Dengan menulis ini bukan berarti saya tidak rajin membuat kesalahan kebahasaan.  Untuk kesalahan saya, yang terbanyak salah ketik –kurang, tambah, ganti huruf-, maka biarlah orang lain yang menuliskannya. Begitu saja koreksi untuk perbaikan, mohon maaf jika ada kesalahan. Selamat siang, terimakasih. Salam koreksi…eh, salam Kompasiana.
Bandung, 4 Juli 2015
==
Sumber gambar:Â http://poskotanews.com/2014/07/21/pendidikan-karakter-lewat-buku-bacaan-sd-tahun-1960/
===