Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jodoh untuk Rasimah (Cerpen #1)

25 Desember 2014   20:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:28 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1419490359566008032

JODOH? Siapa sangka? Rasimah ketemu Pak Bos hanya satu contoh kecil. Di daerah hitam itu masih banyak hal-hal aneh, Bisa jadi ajaib. Mak Jalak tua-renta kawin dengan Turmin yang baru lulus SMP. Turis bule menikahi Luluk yang penyakitan dan jarang dapat tamu. Ada pula Darsi yang berubah jadi Kadar untuk bisa mengawini Melani. Japra yang nekat menenggak racun tikus karena Kanti selingkuhannya dibawa kabur si pacar baru. Murni jadi Mami belasan lelaki muda dan punya tiga suami. Dan banyak lagi cerita lain.

Lantas perihal Rasimah, apanya yang aneh?

Rasimah tidak pernah merasa diri cakep. Dan kenyataannya memang sama sekali tidak cantik. Hidung, mata, dan bibir di wajahnya seperti tak tertata dengan pas. Proporsi dan letaknya kurang terjaga. Warna dan bentuk sembarangan. Kalau diperhatikan kala tersenyum bukan kesenangan yang muncul tapi horor dan keseraman. Ahya, tapi itu tidak penting. Bukan pemuas dahaga laki-laki slebor namanya kalau tidak mampu menyembunyikan buruk rupa, cacat sekalipun. Rasimah sudah belajar dari banyak pekerja mesum lain, para perempuan malam, perempuan nakal, atau sebutan apapun lain, yang muda maupun  yang sudah karatan.

DI KAMPUNGNYA dulu, lima atau enam tahun silam, Rasimah baru lulus SD dan akan dijodohkan dengan seorang tukang batu dari desa tetangga. Si tukang batu berbadan raksasa, berbulu lebat, tinggi laksana pohon mahoni. Sekali waktu tanpa sangaja Rasimah memergoki di tukang batu mengenakan celana longgar tanpa kolor sedang asyik bekerja.  Betapa besar perabotannya. Gadis kecil Rasimah seketika terjingkat kaget, juga miris. Alangkah nyerinya kalau. . . . . .ah ah!

Minggat! Sehari sebelum tanggal pernikahan kejadiannya.

Hari beranjak menua. Langit berombak oleh jajaran mega putih merata di ketinggian. Pantulan sinar matahari berakhir pada kilauan di ubun bukit. Namun setelah itu petang berarak menjelang dengan membawa remang. Menyisakan kerlip serupa kunang-kunang di cakrawala sana.

Rasimah kecil dan kurus menyelinap diam-diam. Meninggalkan rumah tua yang membawa banyak kenangan itu. Ia berlari berjingkat-jingkat diantara rumah tetangga, kandang sapi, kebun singkong, turun ke sungai kecil yang pinggirannya lebat ditumbuhi bambu, menyusurinya menuju ujung dusun. Lewat jalan licin setapak, bersembunyi dari pandangan orang-orang yang lewat. Lalu tiba di stasiun kereta api kecil.

Rangkaian gerbong pasir sedang termangu menunggu kereta cepat melintas. Spontan gadis kecil itu melompat dan membenamkan diri dalam tumpukan pasir hitam basah. Pasrah mau dibawa kemana, yang penting pergi dari rumah. Menjauh, minggat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun