Puisi Sugiyanta  Pancasari
aku setubuhi air matamu
dengan birahi yang terbelenggu
dan kulumat bibirmu yang membiru
dengan rindu yang telanjur beku
kita adalah pengantin yang murung
di atas ranjang yang berkabung
basah kelambu sedingin salju
gairahku terbakar jadi abu
setiap malam kita selalu terjaga
dengan telanjang kita mendaki petaka
tapi desahmu bukanlah keringat menggoda
melainkan rintih yang tertindih lara
kita bertemu kita bersatu kita tenggelam
dalam lautan bujuk rayu
kita dicekam kita ditikam kita terbenam
dalam lumpur nafsu
tak terlukis perih
meski jutaan mil kita titi yang telah kita pilih
tak terasa letih
walau ribuan luka menghunjam, terseok dan tertatih
dan, dengan mata terpejam
kita baca kelam, sejumput asa
akankah menjelma menjadi realita
atau sebatas jadi legenda
kita adalah pengantin yang murung
di tengah peradaban yang limbung
Jogja, 19 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H