Mohon tunggu...
Sugito Hadisastro
Sugito Hadisastro Mohon Tunggu... -

Guru SMK Negeri 1 Batang (Jateng), mempunyai seorang isteri dan tiga orang anak yang sudah dewasa. Menulis novel, cerpen dan artikel yang sebagian diterbitkan, sebagian dipublikasikan media massa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelajaran dari Tegalrejo (2)

4 Mei 2017   16:16 Diperbarui: 4 Mei 2017   16:21 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Sugito Hadisastro

Simpuh kaki di tengah hening malam

leleh air mata pemujaan

lirih hati ke tepi samudera kesadaran

luruh daun meretak bumi Tegalrejo dingin

Pangeran,

Menegak kepala di depan congkak penjajah

Martabat bangsa nusantara bangkitlah

Kematian menjadi kesaksian indah

Pangeran,

Apimu masih berasap lidahnya meliuk-liuk diantara

puing busuk para penjilat

reruntuk pemupuk gairah nafsu

tunas-tunas lepas kandas

Pangeran,

Di 150 tahun sesudahmu

Kami perlu warisan keberanianmu

Kami rindu para ksatria memaknai sepak terjangmu

Kami rindu perjuanganmu tidak sekedar hiasan buku sejarah

melainkan ruh, api, air, tenaga

mengisi segenap ruang

memenuhi segenap waktu.

Batang, November 2016

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun