Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebaiknya Kita Bicara Sesuai Minat Orang Lain

15 Maret 2020   11:59 Diperbarui: 15 Maret 2020   12:18 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari Nurhabibah  kerja shift siang masuk jam 12.30 wib. Setelah melakukan absen dan mengumpulkan teman-teman yang satu shift, mereka melakukan brifing yang menjadi rutinitas setiap harinya di toko mereka. Brifing tersebut dilakukan bersama Pramuniaga, Staff  Office, Security dan Store Manager/Asistant Store Manager. 

Pada hari itu Asistant Store Manager mereka juga ikut memberikan brifing. Tetapi entah mengapa ketika Asistant Store Manager (ASM)  masuk ke dalam ruangan, wajah dan ekspresinya sudah tidak enak dilihat.  Boleh jadi ia sedang emosi. 

Setelah habis brifing dan semua bubar biasanya Asistan Store Manager tersebut selalu berbicara kepada Nur. Entah mengapa hari itu dia tidak mau berbicara. Nur bicara dalam hati, "Salah saya apa ya, kenapa Ibu itu tidak mau bicara kepada saya?"

Hari pertama Nur mencoba berbicara lebih dulu kepada ASM itu,  tetapi dia ragu dan takut dia masih marah. Niatnya pun berubah dan tidak jadi bertanya kepadanya. Hari kedua masih sama, yang biasanya ASM selalu memanggil dan berbicara kepada Nur, hari ini dia diam dan tak mau berbicara kepada Nur. "Berarti aku yang punya salah, tapi salahku apa ya?" dalam hati Nur bertanya lagi.

Hari ketiga, mereka  berada di ruangan yang sama. Biasanya mereka selalu bercanda dan mengobrol. Tapi di dalam ruangan tersebut mereka hanya diam satu sama lain. Nur ingin berbicara duluan, tetapi sikap ibu tersebut, masih tidak enak dilihat, dan Nur putuskan untuk tidak berbicara duluan.

Hari keempat, di ruangan yang sama, Nur melihat ASM ada di sana. Ketika Nur ingin ke sana, ibu tersebut sudah duluan di sana. Mau gak mau Nur juga harus masuk ruangan tersebut karena dia ada keperluan juga.

Ketika mereka duduk dan hanya berdua, Nur mencoba berbicara lagi kepadanya tetapi dia masih takut. Sepuluh menit kemudian, Nur  beranikan untuk bertanya suatu hal mengenai pekerjaan juga. Percakapan mereka pun dimulai.

"Buk, bagaimana menurut Ibu tentang pajangan yang saya buat?"

"Hmm ... bagus". Dalam hati Nur berkata, kok hanya itu saja yang diucapkan! Kemudian dia bertanya lagi.

"Buk, kemarin itu yang masalah itu cemana ya Buk?"

"Iya nanti saya pikirkan".

Kemudian Nur meninggalkan ruangan tersebut.  Dua puluh menit kemudian, Nur kembali ke ruangan tersebut mengerjakan pekerjaannya lagi. Tiba-tiba ibu ASM dating. Nur  pun diam. Tidak disangka, ibu ASM malah bicara duluan kepada Nur dan menceritakan semua keluh kesahnya. Kenapa dia emosi, marah, diam, rupanya ibu  lagi kesal sama seseorang dan Nur pun mendengarkan curhatannya. Mereka kembali seperti semula, saling tegur sapa.

 Dari pengalaman itu, Nur dapat mengambil hikmahnya, "Intinya kita harus melihat seseorang itu dengan penuh perhatian dan berbicara sesuai dengan situasi yang memungkinkan. Sebaiknya, kita berbicara sesuai minat orang lain", katanya pelan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun