Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memberi Hati

12 Februari 2020   09:13 Diperbarui: 12 Februari 2020   09:13 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: shutterstock

Dari 9 (sembilan) prinsip hubungan antarinsan, Mahyuda alias Iyud menerapkan prinsip nomor 4 (empat),  yaitu berikan perhatian yang sungguh kepada orang lain. Dia menerapkan prinsip itu secara khusus kepada  "anak gudang".

Pada hari pertama, tepatnya pada hari Selasa, dia menghampiri beberapa orang anak gudang. Dia berusaha mengajak mereka berbicara dan mendekatkan diri kepada mereka. Selama ini mereka sibuk di ruangan masing-masing. Mereka hanya saling sapa saat bertemu pada acara briefing pagi sebelum bekerja.

Keesokan harinya, Iyud, yang bekerja sebagai petugas Administrasi Personalia itu  menghampiri rekan kerjanya di gudang. Mereka saling bercerita tentang pekerjaan. Iyud melihat semangat mereka untuk bekerja bagus sekali, namun ada satu hal yang nampaknya kurang enak dilihat. 

Mereka tidak berpakaian dengan rapi. Bahkan, sering kali dia melihat pakaian mereka acak-acakan, seadanya. Baju sering dikeluarkan, tidak menggunakan ikat pinggang, rambut tidak rapi, dan bed nama tidak dipakai dengan benar. 

Memang benar, mereka bekerja di gudang yang aktivitas kerjanya tinggi, sering angkut barang, merapikan, mengatur, menurunkan dari kendaraan atau mengatur barang yang akan dikirimkan ke area jual di toko. Namun demikian, sebenarnya mereka dapat melakukan dengan lebih baik.

Pada suatu hari, Iyud bertanya sambil bercanda, " Bisa nggak, pakaiannya lebih rapi?"

Respon mereka pun senada. Salah seorang menjawab,"Bu, kami anak gudang susah untuk rapikan baju. Ketika barang masuk, kami harus susun-susun barang, oper-oper barang yang mau distok. Jadi, baju ini sering keluar-keluar lah Bu".  

"Baiklah, kalau di gudang, bolehlah pada saat sibuk bekerja, kalian lupa merapikan baju. Tetapi kalau kalian keluar dari gudang mengantarkan barang orderan ke lapangan, kalian harus merapikan pakaian terlebih dahulu!"

Salah satu dari mereka menjawab, "Iya Bu".

Pada hari ketiga, Iyud  menjumpai mereka di gudang depan, saat mereka akan beristirahat makan siang. Dia lihat ada dua orang anak gudang sudah berubah. 

Mereka adalah Sani dan Andi. Anak-anak gudang yang lain belum menunjukkan tanda-tanda perubahan. Kepada anak-anak yang belum mau berubah, dia mengingatkan mereka. 

Sambil menunjuk pada Sani dan Andi, Iyud berkata, "Lihat itu teman kalian, Sani dan Andi, bisa tampil rapi kan? Kalian pasti dapat tampil seperti mereka? Betul kan?" Namun mereka acuh tak acuh.

Pada sore harinya, dia  menuju ke gudang karton. Dia lihat Irfan di sana. Sama seperti yang lain, Irfan tidak berpakaian dengan rapi, Nampaknya ia tak peduli dengan pakaiannya. Padahal  orangnya cukup ganteng. Maka dia mencoba membujuknya, " Fan, kamu itu sebenarnya ganteng lho, hidungmu mancung, kulitmu bersih. Kamu akan lebih ganteng kalau pakaianmu rapi, baju dimasukkan, gunakan ikat pinggang, rambut diminyaki, pakai sepatu yang benar, tidak asal saja!"

Sejenak Irfan memandang Iyud. Dia tersenyum padanya, dan Iyud pun membalas senyum Irfan. Nampaknya Irfan mulai mengerti apa yang Iyud maksudkan. Ia langsung memasukkan bajunya pada saat  keluar dari gudang, saat mengantarkan orderan ke lapangan. 

Irfan memberikan respon positif kepada Iyud sambil berkata, "Baik Bu, saya mau masukkan baju setiap keluar gudang atau setiap kali saya jumpa sama ibu, tapi dengan satu syarat nanti kalau ibu sudah gajian bayarilah kami makan miso". Ia lalu tersenyum menatap Iyud.

"Kalau memang kalian mau berubah saya akan traktir makan miso di saat saya sudah gajian. Tapi kalian janji pada diri sendiri bahwa kalian bisa tampil rapi", jawab Iyud sambil menatap Irfan serius.

Lalu Irfan menjawab, "Iya Bu!"

Pada hari keempat, Iyud sedang melakukan cek SOP (Standar Operasional Prosedur), yaitu kerapian dan kelengkapan pakaian anak-anak stan yang masuk siang. Satu per satu dia perhatikan, dan hasilnya sangat baik. 

Mereka semua mengenakan seragam dengan rapi, baik, dan bed nama terpasang dengan baik. Ada seorang anak gudang yang kebetulan bergabung di situ. Namanya Isak. Iyud melihat  masuk ke gudang dengan pakaian yang tidak rapi. Baju tidak dimasukkan dan  tidak mengenakan bed nama. Dia lalu menegurnya, karena hanya  seorang yang  tidak rapi.

"Hei, tunggu dulu! Rapikan pakaianmu!" Rupanya Isak tidak memedulikannya.  Ia berlalu begitu saja dan tidak menghiraukannya. Pada saat itu juga lewatlah ASM (Asisten Store Manager). Ia langsung ditegur oleh ASM, lalu dengan serampangan saja ia memasukkan bajunya.

Iyud mendekatinya, dan berkata, "Sini saya bantu merapikan bajumu!" Isak pun merapikan bajunya sambil minta maaf kepada Iyud. Ia berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.

Hari berikutnya dia off, tidak masuk kerja. Pada saat libur itu Iyud merenungkan, ternyata selama ini dia kurang memerhatikan anak-anak gudang. Dia jarang berbicara kepada mereka. Pengalaman memberikan perhatian secara sungguh-sungguh yang dia lakukan selama ini, mengajarkan kepadanya betapa baiknya mereka. 

Ternyata mereka juga mau menerima sarannya. Memang Iyud belum berhasil membuat mereka berubah secara sempurnya, namun dengan perhatian yang dia berikan, mereka menjadi lebih dekat dengan dia. 

Dia juga dapat jauh lebih dekat dengan mereka. Kalau dia tidak mengunjungi mereka di gudang, ternyata mereka malah datang ke ruang kerjanya, menegur, bahkan mengajaknya bercanda.

"Bu Iyud, jangan serius kali kerjanya. Nanti hilang cantiknya!" Iyud pun tersenyum menyambut mereka. Mereka pun serempak memadukan suara, "Nah, gitu kan ibu cantik, kalau tersenyum!"  Mereka pun semakin akrab. Bekerja menjadi lebih bersemangat.

Ternyata memberikan perhatian secara tulus, membuat gairah dan semangat kerja meningkat.  

Terima kasih dan salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun