Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Masih Ada Asa yang Tersisa

25 Februari 2017   12:23 Diperbarui: 25 Februari 2017   12:52 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Janji Mbak Nuk itu kuingat selalu  dan kusimpan di pojok hati ini. Hitung-hitung menunggu enam tahun lagi tak apa, yang jelas Regi memang anak yang cantik, menarik dan memiliki banyak bakat.

Ketika ia mencurahkan isi hatinya, kalau ia tertarik dengan tetangga yang sekolah di tempat lain, aku hanya mengiyakannya. Aku berusaha membimbing dan mengarahkannya pada pergaulan yang sehat, walau dalam hati sendiri penuh gejolak. Untungnya, Regi percaya kepadaku, dan menganggapku sebagai saudara yang dapat menampung curahan hatinya. Ini tentu saja, berkat promosi kakaknya yang  sangat berharap kami dapat hidup bersama.

Kenangan bersama Regi memberikan gairah baru dalam hidup ini. Senyumnya, kemanjaannya, matanya yang bersinar saat kubawakan oleh-oleh saat mengunjunginya di rumah kakaknya, semua itu membekas teramat dalam. Kemanjaannya itu membuatku tak tahan untuk mendekapnya meski dia meronta-ronta dan memukul-mukul dada, meski dengan canda. Setelah lulus dari sekolah itu, Regi pindah ke kota Yogya untuk meneruskan sekolah. Mbak Nuk sendiri dimutasi ke kota Solo untuk menangani komunitas yang bergerak dalam pembangunan masyarakat.

Kami tak berkontak lagi. ***

3

May datang mengetuk hati ini saat kegiatan kaum muda berlangsung. Gadis dari Negeri Anging Mamiri yang berwajah Indo dengan rambut hitam panjang terurai sepanjang pinggang itu memang menarik perhatian bagi setiap lelaki yang menjumpainya. Lubang yang muncul di kedua pipi saat ia tersenyum membuat hati ini berdesir manakala berada di dekatnya.

Saat pandang ini beradu, ada getaran membuncah bergolak dalam hati berdua. Sepertinya ada gempa yang mengguncang dahsyat dalam hati ini. Ternyata tidak memerlukan waktu yang panjang. Tanpa kata, terjadilah kesepakatan berdua. Kami jalan bersama. Dalam kegiatan anak muda, dalam doa, dalam kunjungan, dalam kerja bakti dan dalam malam-malam minggu bersehati membunuh sepi.

Pernah pada suatu malam, kami ditinggalkan berdua di rumah yang begitu besar itu. Kau dapat membayangkan apa yang terjadi jika dua insan berlawanan jenis berada di sebuah kamar tanpa orang lain tahu. Ranjang, tembok, lemari pakaian dan hordeng jendela itulah yang menjadi saksi. Ternyata aku tak cukup punya nyali untuk merobek serpih-serpih sunyi. Setelah beradu dengkul kami pun tertawa bersama, lalu segera meninggalkan kamar itu menuju kursi ruang tamu sambil menunggu kedatangan saudaranya.

Saat seorang Paman memanggilku dan memperkenalkan seorang mahasiswi di tempat beliau mengajar, aku datang memenuhi panggilan itu. Upaya untuk mendekatkan gadis Bali yang cerewet dan membuat ramai suasana itu ternyata menjebolkan pertahanan kebimbanganku selama ini. Tiga bulan berikutnya Paman mengajakku ke Bali untuk melamarnya. Aku tak kuasa menolaknya.

Kemarahan May dilampiaskan dengan memecahkan kaca jendela kamar kos sewaktu aku tidak ada di tempat. Dendamnya dibawa lari ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah. Lalu setelah lulus ia kembali ke tanah tumpah darah untuk menjadi guru. ***

4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun