THE BEAUTY OF PAK TJIP
The beauty of a family is a harmony
The security of a family is loyality
The joy of a family is love
The rule of a family is service
The comfort of a family is God Himself
Author: Unknown.
Pak Tjip memang manusia langka! Manusia langka perlu “dilestarikan”... Hahaha...
Dari penulis yang tidak diketahui namanya – saya catat dari ruang tamu rumah kos-kosan seorang teman – saya kutip ulang pernyataannya. Keindahan suatu keluarga adalah harmoni. Harmoni itu telah Pak Tjip dapatkan bersama Ibu Lina yang telah menjadi “teman hidup” selama puluhan tahun. Kegembiraan dan harapan, duka dan derita telah mereka lakoni dan nikmati bersama dalam hidup dan kehidupan ini.
Keamanan suatu keluarga adalah kesetiaan. Janji setia sehidup sampai maut memisahkan telah mereka tancapkan berdua sejak keduanya mengikat tali kasih dalam ikatan pernikahan yang kudus. Apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan, tak dapat manusia menceraikannya. Hanya Tuhanlah yang dapat memisahkannya, saat tugas di dunia fana ini telah usai. Setia satu sama lain tak hanya pada ucap, tetapi juga pada tindak yang dijalaninya dengan penuh keikhlasan.
Kegembiraan suatu keluarga adalah cinta. Cinta, mudah diucapkan tak gampang dilakukan. Cinta adalah pengorbanan. Tiada cinta tanpa pengorbanan Yang dicintai merasa gembira, yang mencintai lebih gembira lagi. Itulah hakikat cinta, menurut Piet van Breemen. Tak hanya amor atau eros, tetapi sekaligus juga filiadanagape. Pak Tjip telah mengecapnya.
Hukum atau aturan dalam keluarga adalah melayani. Omong kosong kalau kita mengatakan mencintai tetapi tidak melayani. Cinta memang harus diejawantahkan dalam pelayanan. Kasih itu melayani. Menjadi pelayan satu sama lain, menganggap orang lain lebih penting dari diri sendiri. Upaya “penyangkalan” diri, dan memberikan diri dalam reksa layanan itulah aturan dalam keluarga sejati. Gambaran saling melayani itu ada pada Pak Tjip dan Ibu Lina.
Kenyamanan suatu keluarga adalah jika berada dalam Tuhan sendiri. Bukan seperti yang manusia kehendaki, tetapi seperti yang Tuhan kehendaki. Bukan kehendakkuyang terjadi tetapi kehendak-Mulah yang terjadi. Tak mudah melakoninya selama kita masih terikat pada keinginan-keinginan “daging”, jasmani, manusiawi. Apa yang kita kehendaki sering tak sejalan dengan kehendak Tuhan. Dan apa yang Tuhan kehendaki sering tak mudah manusia lakukan, namun jika kita berada dalam pelukan kerahiman Ilahi, kenyamanan sudahlah pasti.
Pak Tjip bersama Ibu Lina tercinta telah mewujudnyatakan dalam perikehidupan berkeluarga, yang menjadi suri teladan bagi kita semua, yang mengenalnya, yang telah menjadi bagian dalam kehidupannya. Indah dan kudus!
Enam Kualitas (Six-Quality)
Keindahan keluarga Pak Tjip juga tercermin dalam 6 (enam) kualitas kecerdasan hidup yang dimilikinya bersama. Enam kualitas kecerdasan itu adalah kecerdasan: intelektual, emosional, spiritual, mental (kegigihan), motivasionaldankeseimbangan.
Enam (6) kualitas kecerdasan kehidupan itu, kami menyebutnya Six-Q. Herman Yosef, seorang pengusaha sekaligus pendoa dari Bandung, bersama saya sedang mengembangkan pola Six-Q ini yang kami racik dari berbagai sumber untuk dibagikan sebagai dasar membangun kualitas keunggulan manusia.
Kualitas kecerdaan pertama dalam kehidupan itu adalah kualitas kecerdasan intelektual. Ini yang sering kita dengar dengan istilah IQ (Intelligential Quotient). Kita semua tahu, Pak Tjip dan Bu Lina memiliki kecerdasan intelektual yang memadai. Keduanya lulusan dari perguruan tinggi. Keduanya adalah juga pendidik. Dengan demikian mereka memiliki kecerdasan NALAR yang sembada.
Kualitas kecerdasan kedua adalah kecerdasan emosional. Kita sering menyebutnya EQ, Emotional QuotientatauEmotional Intellegence. Kecerdasan ini membuat manusia pandai mengelola emosinya. Pak Tjip dan Bu Lina tentulah orang-orang yang memiliki kecerdasan emosional cukup handal. Kecerdasan inilah yang mengantarkan Pak Tjip dan Bu Lina menjadi manusia yang SABAR.
Kualitas kecerdasan ketiga dalam kehidupan adalah kecerdasan spiritual. Kita mengenalnya dengan istilah SQ/SI, Spiritual Quotient atau Spiritual Intelligence. Kecerdasan ini mengantarkan manusia kepada relasi dengan Yang Ilahi, yang diejawantahkan dalam relasi yang baik dengan sesama makhluk. Sebagai umat yang beragama, Pak Tjip dan Bu Lina memiliki relasi yang akrab dengan Tuhan. Bukti relasi yang bagus itu dinampakkan dalam perilaku hubungan antarinsan yang hangat, akrab dan penuh kekeluargaan. Kecerdasan ini yang membuat Pak Tjip dan Bu Lina menjadi manusia SADAR.
Kualitas kecerdasan keempatdalam kehidupan adalah kecerdasan mental/kegigihan.Orang menyebutnyaAdversity QuotientatauAdversity Intelligence. Pahit getir, duka derita babak belur, jatuh bangun dalam menjalani kehidupan yang penuh dinamika pada masa silam telah dilakoni Pak Tjip dengan tabah dan tawakal. Dengan kualitas kegigihan yang tak gampang menyerah ini, orang mampu menghadapi berbagai tantangan hidup. Inilah yang mengantarkan Pak Tjip dan Ibu Lina menjadi manusia TEGAR.
Kualitas kecerdaan kelima dalam kehidupan adalah kecerdasan motivasional. Kecerdasan ini membuat manusia mampu memotivasi diri sendiri, dan sekaligus juga memotivasi orang lain. Bahkan rajawali pun masih memerlukan dorongan, motivasi. Demikian pula manusia. Setegar batu karag pun, ada kalanya manusia masih membutuhkan dorongan, motivasi. Keterampilan memotvasi diri sendiri dan juga memotivasi orang lain ini juga tercermin dalam pribadi Pak Tjip dan Bu Lina. Bagaimana mungkin mereka mampu memotivasi orang lain jika mereka tidak mampu memotivasi diri sendiri? Tentulah, sebelum memotivasi orang lain, Pak Tjip dan Bu Lina telah mampu memotivasi diri sendiri. Kecerdasan memotivasi ini mengantarkan siapa pun, termasuk Pak Tjip dan Bu Lina menjadi orang TENAR.
Kualitas kecerdasan keenam dalam kehidupan adalah kualitas kecerdasan keseimbangan (balance). Kecerdasan ini membuat hidup manusia tidak jomplang, menjadi seimbang. Seimbang antara rohani dan jasmani, pribadi dan sosial, keluarga dan masyarakat, fisik dan spiritual. Keseimbangan ini membuat manusia sadar akan keberadannya, baik secara sendiri maupun bersama, mampu menempatkan diri secara pas dalam berbagai kondisi dan situasi. Keseimbangan itulah yang membuat manusia hidup dengan BENAR. Pak Tjip dan Bu Lina telah mencapai titik ini.
Six-Q yang merupakan konsep kualitas keunggulan manusia, mengantarkan manusia untuk menyadari bahwa :
- Hidup adalah saat ini dan di sini, hic et nunc.
- Siapakah saya dan di mana saya berada.
- Ke mana saya akan pergi? Tujuan hidup kita.
- Mengapa saya harus pergi dan bagaimana saya tiba di sana.
- Melalui makna hidup menuju hidup yang penuh makna.
- Tinggal landas dan mendarat dengan indah.
Sosialita Intelektual dan Panduan yang Suportif
Michelle Arbeau, numerologis para selebritis dunia, dalam bukunya yang berjudul The Energy of Words, membahas setiap kata dari tiga perspektif: berdasarkan kamus, numerologi dan hukum tarik-menarik. Berdasarkan kamus mengungkap apa arti kata tersebut bagi kita dan dari sudut pandang sosial. Numerologi dan bilangan menyoroti frekuensi dan getaran dari sebuah kata dari sudut pandang energi yang dikandung oleh kata tersebut, positif atau negatif. Hukum tarik menarik mengungkapkan apakah getaran kata itu sejalan dengan apa yang kita bayangkan.
Arbeau membuat tabel bagan konversi abjad Latin dengan angka. Setiap huruf dalam alfabet diberikan bilangan dari 1-9, diawali dengan huruf pertama, dan pelabelan berurutan sampai tercapai bilangan 9, lalu kembali lagi. A = 1, B = 2, C = 3, D = 4, E = 5, F = 6, G = 7, H = 8, I = 9, J = 1 dst.
Dari tabel itu jika diterapkan pada nama TJIPTADINATA EFFENDI akan muncul angka 44 untuk Tjiptadinata dan 40 untuk Effendi. Jika digabungkan: 4+4 = 8, 4+0 = 4. 8+4 = 12, 1+2 = 3. Akhirnya kita dapatkan hasil akhir angka 3. Angka ini jika dicocokkan dengan daftar makna bilangan dasar, akan kita dapatkan makna Sosialita Intelektual. (1 = Pelopor, 2 = Panduan yang Suportif, 3 = Sosialita Intelektual, 4 = Pelaku Praktis, 5 = Seniman Ekspresif, 6 = Visioner Kreatif, 7 = Pencari Kebenaran, 8 = Pemimpin Bijaksana dan Independen, 9 = Humanitarian Idealistis).
Setiap angka memiliki kata kunci positif dan negatif. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan setiap angka. Kekuatan untuk ditingkatkan, kelemahan untuk diminimalisasi.
Kembali kepada Pak Tjip. Hasil akhirnya adalah 3. Sosialita Intelektual. Menurut Arbeau, Tiga (3) adalah bilangan latar pikiran pertama. Sebagai bilangan imajinatif namun rasional, ia mewakili aktivitas otak kiri. Tiga (3) adalah imajinasi dan memori dan terkait dengan bilangan 1 dan 2. Ekspresi dari bilangan 3 ini secara langsung terkait dengan energi inntuitif dan sensitif dari 2, dan ekpresi verbal dari 1. Tiga dilambangkan dengan segitiga yang menghubungkan pikiran (3), tubuh (1), dan jiwa (2). Kata kunci positif: analitis, cerdas, humoris, sosial, sensitif, jeli, persatuan, dan inspiratif. Kata kunci negatif: kritis, sia-sia, keagungan, meragukan diri, kritik diri, terlalu analitis, dan ragu-ragu.
Akan halnya nama Ibu ROSELINA TJIPTADINATA, jika kita konversikan dengan angka, akan muncul angka 12 atau 3 untuk Roselina, dan 8 untuk Tjiptadinata, yang jumlah akhirnya adalah 3 + 8 = 11. 1 + 1 = 2. Hasil akhirnya angka 2. Dua (2) adalah Panduan yangSuportif. Dua (2) adalah bilangan latar jiwa yang pertama. Ia mewakili alam dualistik kita sebagai makhluk spiritual di dalam tubuh fisik. Dua mewakili kebutuhan kita untuk menemukan keseimbangan antara dua sisi diri kita yang berlawanan ini. Ia adalah bilangan intuisi, kepekaan dan kerjasama. Kata kunci positif: keseimbangan, kerja sama, sensitif, intuitif, mendukung, dan harmonis. Kata kunci negatif: kontras, ketergantungan, tidak pasti, penurut, pasif, dan hipersensitif.
Jika antara angka Pak Tjip dan angka Ibu Lina kita gabungkan, 2 + 3 = 5. Hasil akhirnya 5. Lima adalah Seniman yang Ekspresif. Lima (5) adalah bilangan tengah latar jiwa dan juga bilangan pusat. Ia melambangkan hati dan emosi. Sebagai bilangan pusat 5 menghubungkan energi dari semua bilangan lain. Lima merupakan “hati dan jiwa” dari bilangan dasar. Ia harus memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dirinya sebagai energi tak menentu dan perubahan yang mengalir bebas. Energi lima meminjamkan kita kemampuan untuk melihat dunia melalui mata jiwa. Kata kunci positif: penuh kasih, sensitif, tidak teratur, artistik, mencara kebebasan, bergairah, dan fleksibel. Kata kunci negatif: tidak pasti, haus kekuasaan, mendominasi, suka memerintah, menarik diri, dan murung.
Semua uraian ini menurut Michelle Arbeau. Jadi, beleive or not, percaya atau tidak, terserah kita. Paling tidak hal ini dapat menambah wawasan kita.
Selamat Ulang Tahun ke-73 Pak Tjip! Semoga bermakna bahagia hidup dan kehidupan Bapak sekeluarga!
Bandung, di hari ulang tahun Pak Tjip yang ke-73.
21 Mei 2016.
Rujukan:
Arbeau, Michelle.2014. (Penerj. Ahmad Syukron).The Energy of Words.Jakarta:Phoenix Publishing Project.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H