“Saya sebel sama situ sebab situ suka senyum senyum sama suami saya sehingga suami saya senyum-senyum senang sama situ....”
Hahaha.... bos guling-guling jungkir jumpalitan di ruang pribadi itu... Dekil mulai di atas angin. Setelah kelelahan, tiba-tiba bos berhenti dan menggebrak meja sambil bicara.
“Kamu bisa bikin cerita dengan seluruh kalimat dimulai dari huruf “j”, 100 “j” ?
Dekil ragu, lalu geleng-geleng kepala.
“Awas empritmu?”
” Beri saya dua setengah menit bos!” Karena kepepet, Dekil mengerahkan seluruh tenaganya. Ia ingat cerita Abunawas, gak tahu lagi siapa yang nulis. Cerita lucu yang sering disampaikan dari mulut ke mulut, eh yang bener : dari mulut ke telinga loh, sudah tidak diketahui lagi siapa yang menciptakannya. Yang jelas Dekil pernah mendengarnya. Maka dengan cekikikan dia mengingat-ingat kisah itu sambil merekayasa agar bos tidak tahu kalau dia memodifikasi kisah yang bikin guling-guling itu...
“Baik bos. Begini. Saya tidak tanggung jawab kalo bos nanti terkencing-kencing di celana...” kata Dekil ganti mengancam bosnya.
“Hayo cepat!”
“Dengerin bos....!” Dan Dekil pun mulai bercerita.
“Jeng Juminten janda Jawa judes, jelek jerawatan, jari-jari jempolnya jorok. Jeng Juminten jajal jualan jamu jarak jauh Jombang-Jogya-Jamblang-Jakarta-Jambi-Jepang-Jerman-Jenewa. Jamu jagoannya:jamu jahe.
“Jamuuu-jamuuu..., jamu jahe-jamu jaheee...!"