Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[HUT RTC] Dalam Dekapanmu

16 Maret 2016   20:29 Diperbarui: 16 Maret 2016   20:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: https://www.google.co.id/search?sclient=psy-ab&biw=1268&bih=655&noj=1&q=gambar+in+the+arm+of+an+angel&oq=gambar+in+the+arm+of+an+angel&gs_l=serp.3...1428851.1430586.1.1435893.7.7.0.0.0.0.178.511.6j1.7.0....0...1.1.64.serp..0.2.236.1H5EctHti4I"][/caption]

Minggu ketiga: Terinspirasi lagu.

 DALAM DEKAPANMU

Kala resah gelisah lelah letih lesu bertalu menghancurleburkan hidupku. Kau kembangkan sayap-sayapmu, lalu kau peluk diriku dalam kehangatan kasihmu.

Malaikat itu menggendongku lalu memasukkan ke kantung kangguru di perutnya, lalu mengembangkan sayap-sayapnya yang perkasa dan terbang meninggalkan laut biru, bumi biru berkelana menuju kedamaian yang sejak dari kekal menunggu.

Dalam dekapan kehangatan malaikatku, kenikmatan, kehangatan dan kebahagiaan ini sulit dicari tandingannya. Kunikmati angin semilir, awan-gemawan, dan hangatnya cahaya mentari. Semakin lama bumi yang kami tinggalkan semakin jauh... dan kulihat warnanya tak lagi hijau atau biru, tetapi merah darah.

“Mengapa bumi berwarna merah?”

“Para penghuninyalah yang membuat demikian?”

Tiba di suatu tempat rasanya aku ingat  kisah purbani.  Ada satu ruangan besar. Sepperti disekat oleh kaca tembus pandang yang tak saling dapat menyeberang ada lagi ruangan besar yang sama.

Dari balik kaca yang tembus pandang kami menyaksikan dalam kedua ruangan itu para penghuninya  jauh berbeda. Penghuni ruang pertama, kurus-kurus dan sangat menderita kelaparan, padahal di hadapan mereka makanan berlimpah ruah. Pada ruang lain, para penghuninya  ginuk-ginuk dan bahagia.

“Mengapa mereka beda padahal memiliki sendok yang sama?”

“Kelak kau akan mengerti,” jawab malaikatku.

Malaikat membawaku  mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah kusaksikan. Aku merasa tenteram, damai dan bahagia.

“Waktumu sudah habis! Aku akan mengantarmu kembali!”

“Bukankah di sini tidak ada waktu? Aku gak mau balik...”

Malaikat itu mengembangkan sayapnya yang perkasa...

 

Terinspirasi oleh lagu  In The Arm of An Angel – Sarah McLachlan

https://www.youtube.com/watch?v=1SiylvmFI_8

 

Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club

 

[caption caption="sumber: Rumpies "]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun