[caption caption="sumber: https://www.google.co.id/search?sclient=psy-ab&biw=1268&bih=655&noj=1&q=gambar+in+the+arm+of+an+angel&oq=gambar+in+the+arm+of+an+angel&gs_l=serp.3...1428851.1430586.1.1435893.7.7.0.0.0.0.178.511.6j1.7.0....0...1.1.64.serp..0.2.236.1H5EctHti4I"][/caption]
Minggu ketiga: Terinspirasi lagu.
DALAM DEKAPANMU
Kala resah gelisah lelah letih lesu bertalu menghancurleburkan hidupku. Kau kembangkan sayap-sayapmu, lalu kau peluk diriku dalam kehangatan kasihmu.
Malaikat itu menggendongku lalu memasukkan ke kantung kangguru di perutnya, lalu mengembangkan sayap-sayapnya yang perkasa dan terbang meninggalkan laut biru, bumi biru berkelana menuju kedamaian yang sejak dari kekal menunggu.
Dalam dekapan kehangatan malaikatku, kenikmatan, kehangatan dan kebahagiaan ini sulit dicari tandingannya. Kunikmati angin semilir, awan-gemawan, dan hangatnya cahaya mentari. Semakin lama bumi yang kami tinggalkan semakin jauh... dan kulihat warnanya tak lagi hijau atau biru, tetapi merah darah.
“Mengapa bumi berwarna merah?”
“Para penghuninyalah yang membuat demikian?”
Tiba di suatu tempat rasanya aku ingat kisah purbani. Ada satu ruangan besar. Sepperti disekat oleh kaca tembus pandang yang tak saling dapat menyeberang ada lagi ruangan besar yang sama.
Dari balik kaca yang tembus pandang kami menyaksikan dalam kedua ruangan itu para penghuninya jauh berbeda. Penghuni ruang pertama, kurus-kurus dan sangat menderita kelaparan, padahal di hadapan mereka makanan berlimpah ruah. Pada ruang lain, para penghuninya ginuk-ginuk dan bahagia.
“Mengapa mereka beda padahal memiliki sendok yang sama?”