Membuka rapat, hampir sama dengan mengawali kuliah, pelatihan atau pertemuan. Tujuannya untuk mengondisikan peserta agar terarah pada aktivitas atau tema yang akan dilakukan. Biasanya saya hanya memeragakan kembali permainan dengan gelas. Sebuah gelas dapat diletakkan di atas meja dengan berbagai cara. Dengan cara seperti ini (sambil meletakkan gelas dengan cara tertutup atau pantat di atas), atau dengan cara seperti ini (meletakkan gelas dengan terbuka). Nampaknya sederhana, tetapi keduanya mengandung risiko yang tidak sederhana.
Gelas yang tertutup, jika dituangkan air, tentu air tidak dapat masuk, bahkan air terciprat ke mana-mana, membasahi meja. Jika gelas itu terbuka, maka dengan mudah air yang dituangkan dapat diterima oleh gelas itu. Analogi dengan gelas terbuka-tertutup itu adalah pikiran kita, wawasan kita, hati kita, pribadi kita... Biasanya peserta sudah langsung dapat menangkap apa maksud selanjutnya.
Pada saat sesi terakhir, biasanya peserta rapat sudah tidak mampu lagi konsentrasi. Pikirannya sudah ingin pulang saja. Ternyata hal itu tidak berlaku bagi pengurus daerah Himpaudi Jabar. Mereka tetap antusias. Itu sebabnya saya juga semakin antusias. Permainan yang akan dilakukan ini memerlukan 12 orang. Saya tawarkan siapa yang mau menjadi relawan. Tanpa menunggu lama, di hadapan saja sudah muncul lebih dari 12 orang. Saya minta kedua belas orang itu membentuk lingkaran. Yang lainnya boleh membantu, menjadi pemandu mereka.
[caption caption="tangan kanan diberikan kepada orang yang berhadapan | Foto-foto ilustrasi oleh Rahardiyanto – PW Himpaudi Jabar."]
Setelah kedua belas orang itu membentuk lingkaran kecil, saya minta semua tangan kanan diangkat ke atas. Lalu, tangan kanan yang terangkat itu diberikan kepada orang yang posisinya di seberang mereka, atau yang berhadap-hadapan di depan mereka. Pegang erat-erat dan tidak boleh dilepas. Selanjutnya, semua tangan kiri diangkat. Lalu tangan kiri itu diberikan kepada orang yang bukan orang yang sama tadi. Begitulah, setelah semua orang saling memegang tangan kiri dan tangan kanan, maka jadilah keruwetan seperti benang kusut.
Nah, tugas Anda sekarang adalah menguraikan keruwetan itu menjadi sebuah lingkaran. Lingkaran itu dapat terjadi, sebagian orang menghadap ke arah luar dan sebagian lagi ke arah dalam. Waktunya 8 menit. Maka, terjadilah kehebohan itu. Masing-masing orang yang membangun keruwetan itu saling mengatur, memerintah, dan bahkan ada yang berteriak. Galau. Keruwetan itu pun laksana tak teruraikan. Apalagi jika setiap orang mulai mengatur.... kamu ke sini, kamu ke situ....Jadilah keruwetan itu semakin semrawut, seolah tidak mungkin diuraikan. Dalam kondisi seperti itu ada yang diam saja, tak bereaksi, atau bahkan sudah patah semangat merasa mustahil. Atau merasa “dikerjain”. Maka, dimintalah bantuan rekan-rekan yang tidak ikut bermain, karena mereka dapat melihat masalah dari berbagai sisi.
Benar. Lewat bantuan teman-teman yang tidak ikut main, mereka coba berusaha dengan bergerak, mau mengubah posisi. Ada yang harus menerobos, ada yang harus melangkahi teman, ada yang harus memutar tubuhnya. Dengan cermat, telaten, sabar, rendah hati, terbuka, berbagi jalan, saling berkomunikasi, saling mengalah.... akhirnya toh mereka mampu juga mengurai benang kusut. Ada yang sempat bengong, lho ternyata sudah selesai ya, hanya memutar tubuhnya saja. Nampaknya sederhana.
Setelah berhasil mengurai benang kusut dan membentuk lingkaran, ada yang menghadap ke arah luar, ada yang ke arah dalam, barulah mereka sadar.... Aha... ternyata bisa juga! Ternyata berhasil juga! Nah, itulah kelegaan yang memuaskan! Yang tadinya nampak sulit, bahkan mustahil, ternyata dengan kesabaran, ketelatenan, kerendahan hati dan kecermatan, menjadi mudah dan membebaskan. Tepuk tangan pun membahana.
Biasanya setelah keberhasilan itu ada evaluasi, atau sekedar berbagi pengalaman. Banyak komentar yang bernas. Yang tadinya nampak sulit dan mustahil, ternyata dapat diatasi. Diperlukan kesabaran. Perlu saling komunikasi... perlu kerjasama... perlu .... Diantara sekian banyak komentar, satu komentar yang merupakan puncak komentar dari peserta sendiri adalah: “Sesulit apa pun masalah, selalu ada jalan keluarnya”. Nah, inilah kuncinya! Selalu ada jalan keluar! Seruwet apa pun persoalan, selalu ada jalan keluar, asal kita telaten, sabar, terbuka, rendah hati, mau bekerjasama dan saling berbagi....
Berbagai komentar tentang pengalaman mengurai masalah itulah yang akhirnya dibawa pulang oleh peserta. Sengaja, kami membiarkan komentar-komentar itu, sambil berpesan, Ada banyak hal yang dapat kita renungkan dari permainan sederhana ini. Dalam saat-saat hening, jika direnungkan, pasti akan ditemukan butir-butir pencerahan yang seringkali mengagetkan kita! Tidak percaya? Buktikan saja! Kesan dan pengalaman berharga itulah yang dibawa pulang oleh peserta...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H