Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bedah Buku: Abah yang Bersahaja

29 Januari 2016   10:22 Diperbarui: 29 Januari 2016   13:34 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manajemennya dalam memimpin keluarga yang menggunakan prinsip api dan air, di mana Papih memarahi dan Mamih meredam menjadi sabda bagi anak-anak untuk tampil saling melengkapi dalam hidup antara suami dan istri jika kelak berkeluarga.

Prinsip hidupnya "More stick and less carrot theory" adalah bukti bahwa sabda tak bisa dibatasi oleh situasi, kondisi, dan emosi apa pun. Sabda adalah komitmen. Pola hidupnya yang gemar membaca telah menjadi "sabda" yang menyebabkan anak-anaknya gemar membaca. Daya humor yang menunjukkan keludikan dan kecerdasan karena kedalaman hidupnya telah menjadi sabda yang mencairkan situasi tegang dan mendekatkan relasi satu sama lain.

Kelekatannya dalam budaya Sunda menyebabkan para misionaris Ordo Salib Suci dan para frater menaruh kepercayaan untuk belajar bahasa Sunda seraya menggali nilai-nilai kehidupan, di antara kecerdasan dan keceriaan melalui cerita lucu.

[caption caption="bedah buku"]

[/caption]

Kesahajaannya menunjukkan imannya yang dalam: percaya bahwa Tuhan akan menafkahi keluarga hingga anak-anak pun berhasil dengan pendidikan tinggi melalui care; perhatian dan pemelihraan. Cintanya pada keluarga diwujudkan dalam care tersebut sehingga anak-anak sejak kecil diajar untuk saling mencintai, mengurus, dan memperhatikan. Kejujurannya menjadi prinsip kesahajaannya yang paling utama hingga saat dituduh tak jujur Abah Sabda marah besar, tetapi karena kesahajaannya Abah pun tak meluapkan kemarahannya melainkan memaklumi seraya berharap bahwa kebenaran akan terungkap dengan sendirinya.

Keadilanannya menjadi cara mendidik anak-anak bahwa semua anak dikasihi sekalipun dengan tuntutan yang berbeda sesuai dengan keadaan masing-masing. Kemurah-hatiannya ditampakkan dalam kesediaan dan kesukaan dalam berbagi dengan mereka yang hidupnya ternyata lebih "kurang beruntung" sekalipun tak berkelebihan bahkan berkekurangan. Kebijaksanaannya baik dalam hidup material, sosial, moral, dan spiritual yang terungkap dalam sikap hemat, jerih payah, bangga akan apa yang dimiliki supaya tak iri, usaha jujur dan kerja keras dengan tetap berdoa dan berharap pada Allah yang murah hati. Kebesaran dan kerendahan hatinya yang tampak saat Abah "mengalah" walau dituduh sangat menyakitkan telah meneguhkan ajarannya pada anak-anaknya untuk toleran dan mengalah pada yang kecil dan menghormati yang besar.

Prioritas pada kebutuhan menyebabkan Abah harus mengesampingkan berbagai keinginan. Kebutuhan harus dipenuhi bagaimana pun sulit dan susahnya; sekalipun harus banting-tulang dengan mengayuh sepeda. Sikap syukur tanpa mengeluhnya menjadi bukti kuat kesahajaannya. Abah menerima hidup sebagai realita yang harus disyukuri dan dijalani dengan tekun; tanpa mengeluh dan menyerah pada situasi.

Gaya hidup sederhana yang salah satunya tampak dalam mengayuh sepeda selama 33 tahun untuk mengajar dengan penuh semangat sekalipun gaji yang diterimanya kurang dari pas-pasan. Tentang bersepeda selama 33 tahun ini, menurut anak sulungnya, Yosi Sabda,  jika dalam sehari menempuh jarak 10 km saja, maka sepanjang masa 33 tahun, Abah telah bersepeda sejauh hampir 3 kali keliling bumi.

Membaca buku Abah Sabda seperti menyaksikan sebuah film menarik tentang perjuangan keluarga kudus yang mengisahkan pemuda Sabda dan pemudi Tarmini yang menjalin kasih dan berkeluarga dalam penghayatan iman kepada Allah berusaha menjadi orang tua kudus yang menjadikan doa sebagai fondasi hidupnya: rukun dan harmonis.

[caption caption="bedah buku"]

[/caption]

Demikianlah, acara peluncuran dan bedah buku itu menjadi semakin meriah ketika disediakan acara tanya jawab atau tanggapan. Seorang peserta, karena terkesan oleh nilai-nilai keteladanan yang terkandung dalam buku itu, sampai  mengusulkan agar buku itu dapat menjadi bacaan wajib bagi umat Sunda di Cigugur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun