Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Buluh yang Layu

8 Januari 2016   15:09 Diperbarui: 8 Januari 2016   16:23 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan telah lewat, Beban duka derita ini harus kutanggung sendiri. Tak seorang pun yang  mengetahuinya. Bahkan moeder di biara pun tak kukabari. Satu-satunya orang yang kupercaya untuk mengetahui rahasia ini adalah Rama Sepuh, pembimbing rohaniku. Dengan bijak dan kata-kata sejuknya, ia senantiasa dapat meredam kegalauan pikiran dan keremukan hati ini. Dari Rama Sepuh, aku mendapatkan kekuatan dan ketabahan. Kadang dengan kasihnya yang tak terhingga, ia mengelus punggungku. Kadang dengan senyum kebapakannya, ia menatapku. Seolah dari pandang matanya  yang bening itu dialirkannya kekuatan dan berkah melimpah, sehingga aku mampu menghadapi kepahitan hidup  yang sering mngantarkan aku ke perasaan tak berarti dan sia-sia.

“Buluh yang layu tak akan dipatahkannya. Lampu yang berkedip-kedip tak akan dipadamkannya. Tuhan lebih besar dari masalahmu!” Demikian yang sering dikatakan Rama Sepuh yang menguatkan imanku. Dia jugalah yang mambuat iman ini tak goyang, meski hidup ini telah hancur, toh Tuhan masih memakaiku sebagai pewarta kebajikan. Guru-guru dan anak-anak di sekolah masih menantikan uluran tangan  pengabdianku. Para orangtua murid masih banyak yang percaya kepadaku. Berkat kepemimpinanku, sekolah menjadi maju dan berprestasi. Inilah yang memberikan hiburan bagiku. Meski masih sering merasa bahwa hidup ini tak berarti, tapi kenyataannya Tuhan masih mempercayaiku untuk meneruskan karya-Nya, membuat segala sesuatu baik dan indah adanya. Dimuliakanlah Tuhan!

 

Bandung, akhir Desember 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun