JAKARTA. Manusia itu jatah glukosanya  cuman 2 sdt (sendok teh) sehari. Jika berlebihan, apa kata organ tubuh?
Makan pagi, siang, sore / malam hari, ditambah minum makan manis ekstra,  menjadi pintu masuk karbohidrat.  Kemudian, karbohidrat di dalam tubuh dicerna menjadi  glukosa. Selanjutnya, glukosa akan dikendalikan oleh insulin yang diproduksi oleh Pankreas.
Insulin  akan  sibuk mengolah glukosa, supaya gula darah tetap di bawah 100.  Karena enggak mungkin  kadar gula darah manusia mencapai  ribuan mg/dl.
Dengan kata lain, insulin merupakan penyelamat manusia dari kadar glukosa dalam darah yang berlebihan.
Glukosa  yang berlebihan di dalam darah tentunya akan menjadikan darah lebih kental dan sulit untuk  dialirkan ke seluruh tubuh. Ini menjadi pemicu berbagai penyakit serius, seperti stroke, serangan jantung,  gagal ginjal, dll.
Ketika glukosa  dimasukkan ke dalam tubuh  secara "gila",  akan membuat insulin harus  bekerja, juga  secara gila-gila an. Akhirnya Pankreas-pun dipaksa terus menerus untuk dapat menghasilkan insulin
Tapi karena  minum  makan manis berlebihan dan karbohidratnya dimasukkan ke dalam tubuh terus menerus (padahal jatah tubuh hanya 2 sdt per hari), maka insulin akan berteriak:
"Waduuh ... Glukosa masuk terus nich. Â Saya mesti konversi dia menjadi energi!"
"Alhamdulillah berhasil!"
"Eh manusianya diam saja, tidak mau gerak, tidak mau olahraga, tidak aktif, kerjanya duduk di kantor, tiduran di rumah, main aplikas "game", boro-boro jalan, naik tangga saja kepingin pakai eskalator".
Sumber energi ternyata  tidak dipakai memadai sehingga berlebihan. Tapi karbohidrat dan makan minum manis  masuk terus. Membuat insulin jadi bingung dan mengomel:
"Di kemanakan lagi nich glukosanya?".
Mau tidak mau glukosa dimasukkan ke fat cell menjadi body fat. Jadilah lemak tubuh, yang terus disimpan sebagai cadangan energi. Jadilah itu lemak bergoyang goyang di perut dan beberapa tempat lainnya.
Eh, tapi karbohidratnya  masuk terus. Insulin makin bingung sebab Fat Cell sudah nyalakan lampu merah, sudah  tidak  menerima lagi. Fat cell juga menjadi bersungut:
"Ogah! Gue sudah cape, alihkan saja ke tempat lain. Gue sudah menolak!"
Insulin lalu menemukan tempat lain bernama  liver, maka  glukosa dialihkan  ke situ. Tetapi liver mengingatkan:
"Eeh,  Gue -kan cuma bisa menampung 100-150 gram glycogen saja. Apa-apa an  kirim glukosa sebanyak ini? Over Capacity Gue!"
Akhirnya liver pun kerja keras  mati-mati an  untuk berusaha mengolah glukosa yang dioper ke sana. Padahal daya tampung di sana cuman sedikit, dia olah itu glukosa menjadi triglyceride.
Melalui proses de novo lipogenesis. Jadilah itu trigliserida tinggi dan liver diselimuti oleh lemak yang namanya FATTY LIVER.  Liver pun akhirnya bermasalah, sudah pasti Empedu ikut kena imbasnya. Timbulah  masalah baru. Masalah batu empedu!
Pada titik ini, sudah banyak sekali problem ditubuh, fatty liver, batu empedu, trigliserida tinggi, itu semua adalah indikasi hiperglisemia, yang artinya itu kadar glukosa dalam darah sudah ketinggian.
Insulin lelah, selelah-lelah nya untuk mengolah glukosa. Insulin sudah bingung.  Mau di kemanakan  lagi ini glukosa?"
Sementara, manusianya tidak bisa berhenti makan karbohidrat dan minum makan manis, Â sehingga glukosa masuk terus!. Â Maka insulinnya RESIST! Â Enggak mau, sudah lelah, bahkan protes, sambil teriak:
"LELAH BAAANG!" Akhirnya Insulin resistan.
Hasil dari insulin resistan itu menjadi Hyperinsulinemia, pankreasnya mengambek, mogok, akhirnya. Turun mesin! Hyperinsulinemia  terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Untuk diabetes melitus  tipe 1, pankreas sudah tidak mampu menghasilkan insulin lagi, tapi manusianya masih "nekat"  memasukkan karbohidrat dan minum makan manis terus! Akhirnya solusinya, insulin disuntikan ke dalam perut, biar bisa mengolah glukosa. Paksa terus!
Ternyata, betapa manusia itu senang menzalimi dirinya sendiri.  Nabi Muhammad SAW  sudah memberi batasan. Berhentilah makan sebelum kenyang. Makan minum  lah  hanya 1/3 lambung.Â
Ayo, terus  mengatur minum makan manis kita. (S. Sumas / sugiarto@sumas.biz)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H