Mohon tunggu...
Sugianto PS
Sugianto PS Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Seorang murid, dan selamanya begitu.

Meninggalkan secangkir kopi. Hening sesaat. Lalu menyambar gawai sebelum kalimat itu menguap di ruang maya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bergerak Secepat Cahaya

19 September 2010   08:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda ingin awet muda?  Bergeraklah secepat cahaya!

Ini merupakan fakta sains. Sayangnya tips tersebut tidak bisa dilakukan oleh obyek 'seberat' kita. Ada dua penghalang serius yang masuk akal. Pada kecepatan mendekati kecepatan cahaya, energi yang didapat oleh partikel-partikel penyusun tubuh kita menjadi luar biasa besarnya dan sanggup melepaskan dari keterikatannya. Akhirnya tubuh kita pun buyar berantakan. Kedua, ada kendala kelembaman. Pada kecepatan mendekati kecepatan cahaya, massa benda yang dipahami awam sebagai 'berat' benda juga akan meningkat. Misalnya  kecepatannya dinaikkan menjadi 99.999% kecepatan cahaya, massa setiap partikel menjadi 70.000 kali semula. Artinya benda cenderung lebih lembam atau sulit bergerak. Dibutuhkan energi yang luar biasa besarnya oleh benda masif pada kecepatan cahaya.

Karena itu hanya partikel-partikel cahaya atau foton-foton yang sanggup melakukannya.

Tapi, bagaimana mungkin foton  merupakan benda yang tidak berumur? Bukankah dikatakan bahwa cahaya menempuh sejumlah waktu untuk mencapai kita? Bahkan sains juga memberitahu kita bahwa foton-foton dari cahaya matahari tiba terlambat di retina mata. Oleh karena jauhnya jarak yang terbentang, maka matahari yang kita lihat adalah matahari delapan menit yang lalu.

Kita juga tahu bahwa butuh waktu jutaan sampai miliaran tahun supaya cahaya bintang-bintang yang jauh itu sampai ke bumi. Artinya cahaya sudah berulang tahun jutaan hingga miliaran kali sebelum singgah di bumi. Jelas-jelas kita memberi label umur sekian untuk cahaya tersebut bukan?

Sebelum kita membahas lebih lanjut, mau tidak mau kita mengintip isi makalah Albert Einstein yang dipublikasikan pada tahun 1905 di majalah Annalen der Physik edisi 18:639-641. Dalam Bahasa Jerman berjudul "Ist die Trägheit eines Körpers von seinem Energiegehalt abhängig?" yang jika diterjemahkan berbunyi "Apakah kelembaman benda tergantung dari kandungan energinya?" Makalah  tersebut kelak dikenal sebagai Teori Relativitas Khusus.  Silahkan klik link ini:

http://www.fourmilab.ch/etexts/einstein/E_mc2/www/

Teori Relativitas Khusus  didasarkan atas salah satu postulat terpenting abad ini: kecepatan cahaya di ruang hampa sebesar 300.000 km/detik adalah nilai universal yang absolut, tidak memandangi gerak sumber cahaya maupun gerak pengamat yang mengukurnya.

Kalau kecepatan cahaya dianggap absolut, lalu dimana relativitasnya? Relativitasnya terjadi pada waktu, ruang dan massa. Artinya, bertentangan dengan akal sehat kita sehari-hari  yang menyimpulkan bahwa waktu itu absolut, maka Einstein mengatakan tidak ada waktu yang mutlak.

Ironisnya, sekalipun 'panjang' sebagai unsur ruang dan "waktu" bersifat relatif, tetapi kecepatan cahaya ternyata bersifat mutlak. Kecepatan cahaya  adalah konstanta universal. Biar bagaimanapun kecepatan wahana atau pengamat, laju merambatnya cahaya selalu 300.000 km/detik. Pada kecepatan mendekati kecepatan cahaya maka ruang menciut, massa bertambah tapi waktu melentur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun