Pemerintah Madagaskar sebagai satu-satunya entitas yang berhak menentukan kebijakan yang akan diambil untuk negara Madagaskar itu sendiri yang mana kebijakan tersebut bisa diambil dari berbagai rekomendasi dari aktor yang lain.
Aktivitas diplomasi yang terjadi dalam isu krisis pangan di Madagaskar melibatkan aktor-aktor antara IGO dengan pemerintah setempat dan isu yang dibahas adalah mengenai masalah pangan yang bisa berdampak pada kemanusiaan sehingga diplomasi yang terjadi dapat digolongkan ke dalam pola Diplomasi Multilateral dengan tipe Diplomasi Humaniter.Â
Dengan demikian, paparan di atas menunjukkan bahwasanya krisis pangan di Madagaskar khususnya Madagaskar bagian Selatan mayoritas disebabkan oleh ketidakpastian cuaca yang bersumber dari perubahan iklim.Â
Kasus krisis pangan di Madagaskar mungkin adalah awal dari tanda- tanda yang ditunjukkan oleh alam karena perubahan iklim yang terjadi.Â
Tentunya, apapun kegiatan yang dilakukan akan berdampak pada lingkungan. Maka dari itu, penulis mengajak kepada seluruh pembaca agar lebih tanggap terhadap kegiatan apapun yang akan dilakukan. Keputusan ada di tangan masing-masing, entah itu tangan yang akan membantu memperbaiki lingkungan atau tangan yang akan merusak lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H