Mohon tunggu...
Sucen
Sucen Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup itu sederhana, putuskan dan jangan pernah menyesalinya.

Masa depan adalah Hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan, Saatnya Ibadah dan Pendekatan Diri

25 April 2020   10:37 Diperbarui: 25 April 2020   17:52 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

12 bulan dalam setahun bulan puasa biasa disebut bulan penyucian diri dari segala aktivitas 11 bulan yang telah berlalu, diharapkan dengan puasa selain memberi ruang istirahat pencernaan, puasa juga dipercaya banyak manfaat dan gugurnya semua dosa.

Namun ramadhan kali ini berbeda dari tahun sebelumnya, corona atau teguran atau pembersihan global kebaikan ibadah saja tidak luput dari pembatasan demi kemaslahatan, kebersamaan ditiadakan.

Musibah cobaan berlabel corona sudah tersirat dalam kitab sucinya Al-Qur'an dengan perumpamaan. seruan firman-Nya pun jelas.

"Jika ada suatu daerah terserang wabah, maka janganlah kamu mendekati daerah tersebut. dan bagi penghuni daerah yang terkena wabah ketahuilah maka jangan sekali-kali engkau keluar dari daerah itu." Menukil dari keterangan hadis Nabi Muhammad SAW.

Seruan inilah yang menjadi dasar umat islam, dengan sedih para ulama menyampaikan seruan untuk tidak berjamaah dan berkumpul dengan banyak orang, diserukan bahwa dalam kondisi seperti sekarang ini umat muslim tidak perlu khawatir karena para ulama meyakinkan tidak akan berkurang nilai ibadah kita.

Corona tidak saja menyerang kaum muslim namun persebarannya kita ketahui bersama sudah mendunia.

Tiada yang sia-sia kejadian di muka bumi ini segala sesuatunya pasti ada hikmah yang bisa didapat setelahnya.

Beda Ramadhan Kali ini adalah para perantau mudik pulang kampung di awal puasa mereka lebih memilih pulang kampung karena di kota-kota besar seperti Jakarta dan kota besar lainnya memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan per 24 april 2020 larangan mudik ditegaskan tidak ada yang boleh mudik karena dilarang pemerintah.

Dengan alasan itu maka para pendatang perantau memilih mudik lebih awal dengan pemberlakuan pembatasan mereka dilarang beraktivitas seperti berjualan bagi pedagang dan menghentikan operasi bagi pengusaha pabrik dan pusat perbelanjaan.

Menyedihkan tentunya, tapi pemerintah tidak punya pilihan lain atas nama kemanusiaan dan keberlangsungan hidup umat manusia semua harus dilakukan. Kebijakan lockdown tidak bisa diterapkan di Indonesia mengingat berbagai hal dan pertimbangan.

Walau demikian kita sebagai rakyat tentu wajib mengindahkan seruan pemerintah demi kebaikan bersama.

Kampung jadi ramai

Kekhawatiran perantau akan larangan mudik terjadi juga setelah pemerintah resmi mengumumkan bahwa pada Jum'at (24/04) jakarta akan menutup akses masuk dan keluar sebagai tindakan preventif dan tindakan tegas pemerintah yang setelahnya imbauan demi imbauan diserukan namun masyarakat belum sepenuhnya mematuhi.

Pada hari itu kamis (23/04) kembali desa diserbu pemudik yang pulang kampung di Posko Kesiap Siagaan Percepatan Penggulangan Covid-19 Desa Cenang, Songgom-Brebes Jawa Tengah ramai.

Tercatat satu hari itu ada 82 orang pemudik yang lapor. Syukurnya semua pemudik terpantau normal itu dilihat dari cek suhu tubuh rata rata diangka 36 derajat celcius.

Hari Pertama Puasa di Kampung

Setelah diputuskan dalam sidang isbat bahwa 1 ramadan 1441 Hijriyah ditetapkan hari Jum'at 24 april 2020 dengan segala ketentuan dan syarat, seperti imbauan ditiadakannya sholat tarawih berjamah, buka puasa bersama, tilawatil qur'an bersama-sama menambah sederetan pembeda ramadan kali ini.

Ada sebagian desa yang tetap melaksanakan ibadah tarawih berjamaah tak jarang juga ada keluarga yang lebih memilih beribadah di rumah.

Karena semua orang sekarang berada di kampung, saat menjelang buka jalanan begitu ramai disesaki para warga yang ngabuburit dan berburu takjil, kondisi ini jelas bahwa persebaran corona di desa intensitasnya akan naik, mengingat gejala dan tandanya tidak bisa kita ketahui secara kasat mata.

Resiko penularan corona kini beralih ke desa pemerintah daerah serta desa tidak bisa berbuat banyak, imbauan semakin keras dikumandangkan di desa berbagi masker dan saling mengingatkan hanya itu yang ada.

Semoga saja kondisi ini cepat berlalu sehingga tak ada lagi korban.

Salam Merdeka KBC-45 | Sucen

Dok. Kombes
Dok. Kombes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun