Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa merangkap marbot masjid di pinggiran Kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembangunan di Kota

15 Agustus 2021   22:07 Diperbarui: 15 Agustus 2021   22:13 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, ternyata yang dimaksud dengan kota cerdas di tajuk berita ini ada pada paragraf terakhir, yakni perancang tata kotanya. "Para perancang tata kota, bukan kotanya, yang dituntut cerdas". Dan apesnya, perancang tata kota hampir selalu menegasikan keberadaan masyarakat kota yang kurang beruntung. Ya selama masih tidak sedap dipandang mata, mau tidak mau harus ditepikan secara paksa.

Padahal tata kota 'seharusnya' tidak hanya diperuntukkan untuk pembangunan fisik saja, tapi juga kualitas sumber daya manusianya. Melalui apa? Melalui distribusi ruang baca yang merata, ruang hijau yang tidak hanya sekedar simbol, dan ruang kesenian-budaya yang adanya tidak hanya saat pagelaran event besar. Ya mau bagaimana pun gencarnya pembangunan fisik, jika kualitas sumber daya manusianya belum memadai, yang ada ya hanya kerepotan demi kerepotan. Begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun