Pemberontakan pasukan Sepoy dimulai dari peralihan kekuasaan tanah Jawa dari Inggris ke Belanda. Ketakukan akan dijual dan tidak dikembalikan ke Bengali membuat pasukan Sepoy memberontak. Secara politis, pasukan Sepoy tidak pernah mendapatkan dukungan dari Kesultanan Yogyakarta, namun mereka justru didukung oleh Kerajaan Surakarta. Di samping, orientasi Kerajaan Surakarta sendiri yang masih berharap untuk mendirikan hegemoni seutuhnya terhadap tanah Jawa.
Akan tetapi pemberontakan ini justru dimulai di Kesultanan Yogyakarta dengan dipimpin oleh Mata Deen pada 24 Oktober 1815. Namun karena kekurangan dukungan dari pihaknya sendiri, pemberontakan ini diundur terus-menerus sampai rencana ini didengar oleh Letnan Steel. Ultimatum pun diumumkan, bahwa siapa saja yang ketahuan terlibat dalam pemberontakan tersebut akan segera dieksekusi (hlm. 98). Ultimatum ini membawa hasil yang memuaskan, terbukti dengan dibatalkannya pemberontakan oleh Mata Deen.
Selama bulan November 1815, Inggris melakukan penyelidikan dan menangkap siapa-siapa saja yang terlibat dalam pemberontakan ini. Pemberontak dari pasukan Sepoy diadili dan kedudukannya diganti oleh tentara Eropa. Sementara itu, Kerajaan Surakarta mengalami fase genting. Sebab bisa jadi kerajaannya akan diserang dan dihancurkan oleh Inggris karena ketahuan terlibat dalam mempersiapkan pemberontakan tersebut. Raffles dengan segala pertimbangannya mengampuni Kerajaan Surakarta dengan beberapa syarat, di antaranya harus menyerahkan Pangeran Mangkubumi kepada Inggris dan mengakhiri persengkongkolan di masa mendatang (hlm. 101).
Terakhir, soal Raden Saleh yang melukis penangkapan Pangeran Diponegoro di Magelang pada Februari 1830. Penangkapan ini masih menimbulkan teka-teki, apakah kedatangan Pangeran Diponegoro memang untuk mendapatkan kedaulatannya sebagai pangeran dan meminta sebagian wilayah di Jawa Tengah kepada Belanda, atau memang ia sudah menyadari bahwa perjuangan yang dilakukannya telah mencapai titik akhir. Namun di luar itu semua, Kapten Roeps dan Mayor Stuers menyatakan kagum pada sifat ketenangan Pangeran Diponegoro yang justru tidak berhasil ditangkap dan dilukiskan oleh Raden Saleh.
Begitu kiprah Pangeran Diponegoro yang semasa hidupnya diabdikan untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia. Meski ia ditangkap, namun cita-cita yang berdaulat dari kolonial berhasil diwujudkan oleh generasi setelahnya yang datang seabad kemudian. Demikian.
Asal Usul Perang Jawa, Pemberontakan Sepoy & Lukisan Raden Saleh | Peter Carey | LkiS | Cetakan I, 2012 | xxxii +214 Halaman | 978-979-3381-69-5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H