Bu Noveritas Wahyuningsih mengirimkan gambar di atas ini. Setelah selesai kutulis di blogku, aku mendapatkan beberapa pesan tertulis dari rekan lain.
Bu Maya Rizki Fauzia menulis: Sekarang saya mengerti mengapa teman sekelas saya dulu selalu mengidentifikasi dirinya sebagai Orang Gayo daripada Orang Aceh meskipun dia tinggal di Aceh
Saya menjawab: Gayo mendiami dataran tinggi Gayo. Aceh kebanyakan hidup di pesisir pantai. Mereka kebanyakan memilih Prabowo untuk Presiden dan Partai Aceh untuk dewan perwakilan provinsi. Untuk DPR, Aceh memilih Demokrat, Gayo memilih Golkar. Itu yang saya pelajari dari Pak Win.
Mas Ardian Setiawan merefleksikan, “Gayo, orang dataran tinggi. Tidak mengherankan jika mereka memiliki pandangan politik yang berbeda. Bu Maya menulis lebih lanjut, “Dia, mantan teman sekelas saya, pernah mengatakan kepada saya bahwa ayahnya dipenjara karena polisi mengira ayahnya bekerja untuk GAM. Dia juga mengatakan bahwa keluarganya harus menyerahkan hasil panen mereka untuk GAM, jika tidak GAM akan menyakiti ayah dan saudara laki-lakinya.
Bu Hiqma menulis: Rasa kopi Gayo enak banget! 👍🏻Terima kasih, Pak Geng.
Rekan-rekan, cerita saya bisa berlanjut dengan cerita dan legenda lain di Takengon, Banda Aceh, dan Sabang, termasuk cerita masjid tua di Aceh saat tsunami jika Anda berkenan membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H