Rasa aman adalah kebutuhan dasar manusia. Ketika kita kecil, rasa ingin tahu sering kali lebih kuat daripada rasa takut, sehingga kita lebih berani menghadapi hal-hal baru. Namun, ketika dewasa, kita cenderung lebih menghindari ketidakpastian. Ketidakpastian sering kali dikaitkan dengan risiko, dan risiko bisa berarti rasa tidak nyaman, kegagalan, atau bahkan kehilangan. Oleh karena itu, perubahan sering kali ditolak karena dianggap mengganggu rasa aman yang telah kita bangun dengan susah payah.
Asosiasi Emosional dan Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman masa lalu bisa meninggalkan jejak emosional yang kuat dalam diri kita. Jika seseorang pernah mengalami kegagalan atau rasa sakit ketika mencoba sesuatu yang baru, mereka mungkin akan mengasosiasikan perubahan dengan emosi negatif tersebut. Â Asosiasi emosional ini memengaruhi bagaimana kita merespons situasi yang mirip di masa depan. Jika perubahan di masa lalu dikaitkan dengan kegagalan, maka perubahan di masa sekarang akan cenderung dihindari.
Model Dunia yang Kaku
Setiap orang memiliki peta mental atau "model dunia" yang menggambarkan bagaimana mereka melihat dan menafsirkan realitas. Ketika kita kecil, model dunia ini masih berkembang dan fleksibel, memungkinkan kita untuk lebih mudah menyesuaikan diri dengan hal-hal baru. Namun, seiring bertambahnya usia, model dunia ini menjadi lebih kaku. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan peta mental kita sering kali dianggap sebagai ancaman atau gangguan, sehingga kita lebih mungkin menolak perubahan yang tidak sejalan dengan cara pandang kita.
Identitas Diri yang Terbentuk
Seiring bertambahnya usia, identitas diri kita semakin kuat. Kita mulai melihat diri kita sebagai bagian dari peran tertentu dalam kehidupan sebagai orang tua, profesional, atau pemimpin, misalnya. Identitas ini bisa menjadi penghalang besar terhadap perubahan, terutama jika perubahan tersebut dianggap akan mengguncang fondasi identitas yang telah kita bangun. Identitas diri merupakan elemen penting dalam proses perubahan. Jika perubahan dianggap mengancam identitas diri, seseorang akan cenderung menolak perubahan tersebut demi menjaga konsistensi dengan siapa mereka.
Mengapa Penting untuk Tetap Terbuka terhadap Perubahan?
Meskipun perubahan bisa terasa menakutkan, tetap terbuka terhadap perubahan adalah kunci untuk pertumbuhan pribadi dan profesional. Berbagai teknik psikologi untuk membantu individu mengatasi ketakutan mereka terhadap perubahan, seperti reframing (melihat situasi dari perspektif baru) dan anchoring (menggunakan asosiasi positif untuk mendukung perubahan). Dengan memahami bagaimana keyakinan, emosi, dan identitas diri mempengaruhi sikap kita terhadap perubahan, kita bisa mulai mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjadi lebih fleksibel dan adaptif.
Pada akhirnya, meskipun perubahan menjadi lebih sulit seiring bertambahnya usia, hal itu bukanlah sesuatu yang mustahil. Dengan kesadaran yang tepat dan penerapan teknik psikologi yang efektif, kita bisa belajar untuk merangkul perubahan dengan lebih positif, seperti halnya ketika kita masih anak-anak yang terbuka, penasaran, dan siap untuk berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H