Mohon tunggu...
aldis
aldis Mohon Tunggu... Insinyur - Arsitektur Enterprise

Arsitektur Enterprise, Transformasi Digital, Travelling,

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ini Kriteria Presiden Ideal Najwa: Bagaimana dengan Kamu ?

14 Februari 2024   09:49 Diperbarui: 26 Februari 2024   07:01 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemimpin yang patriotik dan rela mati demi negara adalah sosok yang seringkali diidolakan dalam masyarakat. Mereka tidak hanya dilihat sebagai pemimpin yang memiliki integritas tinggi, tetapi juga sebagai pahlawan yang bersedia mengorbankan segalanya untuk kepentingan negara dan rakyatnya. Sikap rela mati demi negara ini mencerminkan komitmen yang kuat terhadap idealisme dan nilai-nilai yang diyakini oleh pemimpin tersebut, sehingga mereka menjadi teladan bagi rakyatnya.

Pemimpin yang patriotik juga cenderung memiliki pandangan yang lebih jauh ke depan, karena mereka tidak hanya memikirkan kepentingan saat ini, tetapi juga masa depan negara dan generasi mendatang. Mereka berpikir panjang dalam mengambil keputusan, dengan mempertimbangkan dampaknya bagi kemajuan dan keberlanjutan negara. Sikap ini memberikan keyakinan kepada rakyat bahwa negara mereka akan dipimpin dengan visi yang jelas dan komitmen yang kuat untuk mencapai cita-cita bersama.

Pemimpin yang patriotik juga cenderung dihormati dan dipercaya oleh rakyatnya. Mereka yakin bahwa pemimpin tersebut akan selalu berjuang untuk kepentingan mereka, bahkan jika itu berarti mengorbankan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Sikap ini menciptakan ikatan emosional antara pemimpin dan rakyatnya, sehingga memperkuat legitimasi dan otoritas pemimpin dalam memimpin negara.

Dibalik semua hal positif tersebut, ada kekhawatiran bahwa pemimpin yang terlalu patriotik dan rela mati demi negara dapat menjadi otoriter atau mengorbankan kebebasan individu demi kepentingan negara. Mereka mungkin terlalu fokus pada kepentingan negara secara keseluruhan, sehingga mengabaikan kebutuhan dan aspirasi individu atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakadilan atau ketegangan sosial dalam masyarakat.

Pemimpin yang mengenal betul kesulitan rakyatnya.

Terakhir, pemimpin yang mengenal betul kesulitan rakyatnya juga sering dianggap sebagai pemimpin yang ideal. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang peduli dan empati terhadap kondisi rakyatnya. Pemimpin yang memiliki kedekatan emosional dan pemahaman yang mendalam terhadap kondisi riil yang dihadapi oleh rakyatnya. Mereka tidak hanya mengerti secara teoritis tentang kesulitan yang dialami oleh rakyatnya, tetapi juga mampu merasakan dan memahami secara pribadi. Kedekatan emosional ini memungkinkan pemimpin untuk lebih peka terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyatnya, sehingga kebijakan-kebijakan yang mereka ambil lebih mungkin untuk mencerminkan kepentingan rakyat secara keseluruhan.

Pemimpin yang mengenal betul kesulitan rakyatnya cenderung lebih bersifat empatik. Mereka mampu meletakkan diri mereka pada posisi rakyat dan melihat dunia dari sudut pandang mereka. Hal ini memungkinkan pemimpin untuk mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan berdampak positif bagi rakyat, karena kebijakan yang dibuat tidak hanya berdasarkan pertimbangan rasional, tetapi juga didasarkan pada rasa empati dan kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat.

Selain itu, pemimpin yang mengenal betul kesulitan rakyatnya juga cenderung lebih berempati. Mereka tidak hanya melihat kesulitan yang dihadapi oleh rakyat sebagai masalah yang harus diselesaikan, tetapi juga sebagai panggilan untuk bertindak dan membantu sesama. Sikap empati ini dapat membantu memperkuat hubungan antara pemimpin dan rakyatnya, sehingga menciptakan ikatan yang kuat antara keduanya.

Dibalik semua hal positif diatas, beberapa kekhawatiran bahwa pemimpin yang terlalu mengenal betul kesulitan rakyatnya dapat menjadi terlalu emosional dalam mengambil keputusan. Mereka mungkin terlalu tergantung pada empati mereka terhadap rakyat ,  terlalu terpengaruh oleh kasus-kasus individu atau cerita-cerita yang menyentuh secara emosional, sehingga mengabaikan pertimbangan rasional atau kepentingan jangka panjang negara secara keseluruhan. Hal ini dapat mengakibatkan kebijakan-kebijakan yang tidak efektif atau bahkan merugikan bagi negara.

Anda, Saya dan Kita Pilih Yang Mana ?

Dalam menyikapi berbagai kriteria yang di sampaikan Najwa dalam tayangan tersebut , sebenarnya tidak ada jawaban pasti tentang kriteria mana yang lebih penting. Setiap kriteria memiliki nilai dan kelemahan masing-masing, dan pemilihan pemimpin haruslah didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang konteks dan kondisi spesifik dalam sebuah negara. Sebuah negara membutuhkan pemimpin yang mampu menggabungkan berbagai kriteria ini secara seimbang, sehingga dapat memimpin dengan efektif dan bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun