Mohon tunggu...
Suer@nywhere
Suer@nywhere Mohon Tunggu... Konsultan - Mencoba membaca, memahami, dan menikmati ciptaanNya di muka bumi. Action to move forward because word is not enough. Twitter/Instagram: @suerdirantau

Mencoba membaca, memahami, dan menikmati ciptaanNya di muka bumi. Action to move forward because word is not enough. Twitter/Instagram: @suerdirantau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Overdosis di Mamberamo (1)

27 Juli 2016   15:18 Diperbarui: 27 Juli 2016   15:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya dan Farid saling bertatapan. Kening mengkerut, melongo, membisu. Sedangkan para peneliti yang tidak tahu apa-apa masih asyik ngobrol dan tertawa. Ada yang memainkan GPS, menulis di buku, dan melihat-lihat hasil jepretan foto di kameranya.

Kacau nih! Siapa biang keroknya sih! Baru juga hari kedua, udahada masalah kayakgini. Setahu saya hanya tim ikan dan amfibi yang main air, tapi mereka kan nggakmain racun.

Saya membayangkan puluhan laki-laki tinggi besar berotot, dengan wajah tegang dan garang, tangan kokohnya pegang senjata tajam. Berteriak-teriak marah dengan suara tinggi melengking. Modiarrr…..

“Waaah..bahaya kita ini, gimana ini mas?”, tanya Farid dengan logat Makassarnya yang sekental kopi tubruk, mencoba berbisik, tetapi tetap terdengar keras. Buyarlah lamunan saya.

“Gini aja. Kalian berdua, tolong beritahu kawan-kawan di dapur, kita akan kedatangan tamu. Ingat ya, para pemandu kita kan juga dari Dabra, jadi jangan cerita macam-macam yang bikin heboh”.  Mereka mengangguk lalu menyeberangi Furu menuju tenda dapur.

Saya langsung lari ke tendanya Jeri. Saya mau penjelasan dari ahlinya kenapa banyak ikan yang mati ngambang.Coba matinya tenggelem, kan nggak keliatan!. Uhhh…

Jeri sedang duduk dekat tendanya sambil menulis di buku catatannya. Tanpa basa-basi, saya langsung ceritakan adanya warga yang marah karena mereka menemukan banyak ikan mati di Sungai Furu. Ia tampak terkejut, menunduk, menutupi wajahnya dengan satu tangan, lalu terdengar suara lirih,”Ooohhh…my Goddd…”.

Gerak tubuh dan intonasinya sudah cukup bagi saya untuk meyakini something went wrong.

“Pak Jeri.., those angry people will be here anytime. So please tell me what’s happen?”

Shame on me…”, kata Jeri sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Dengan ringkas Jeri mengaku salah mengestimasi kecepatan aliran air ketika pertama kali menaburkan rotenon. Hasilnya mengecewakan sehingga dia menaburkan lagi rotenon di area yang sama. Ia baru menyadari akibatnya ketika menemukan ikan yang terapung dan hanyut di arah hilir. Mereka telah berusaha mengumpulkan ikan-ikan yang hanyut itu. Namun ternyata kegiatan itu sempat terlihat oleh beberapa warga Dabra yang melintasi Sungai Furu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun