Mohon tunggu...
Bahy Chemy Ayatuddin Assri
Bahy Chemy Ayatuddin Assri Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik Di Salah Satu Kampus

Menulis merupakan refleksi diri dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Resolusi PBB 181 Adil untuk Palestina?

11 Juni 2024   09:53 Diperbarui: 11 Juni 2024   09:55 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resolusi PBB 181 adalah salah satu momen paling penting dalam sejarah konflik Israel-Palestina. Ditetapkan pada tahun 1947, resolusi ini merekomendasikan pembagian Mandat Palestina menjadi negara Yahudi dan negara Arab, dengan Yerusalem di bawah administrasi internasional. Keputusan ini telah menjadi sumber kontroversi dan debat panjang, terutama mengenai apakah resolusi ini adil bagi Palestina.

Pada akhir Perang Dunia II, kekuatan kolonial Inggris yang menguasai Mandat Palestina mulai merasakan tekanan dari komunitas internasional dan kelompok Zionis serta Arab yang menuntut kemerdekaan. Untuk menyelesaikan konflik ini, PBB membentuk Komite Khusus untuk Palestina (UNSCOP) yang kemudian mengusulkan pembagian wilayah.

Resolusi PBB 181 diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 29 November 1947, dengan 33 suara setuju, 13 menolak, dan 10 abstain. Resolusi ini mengusulkan pembentukan dua negara: satu Yahudi dan satu Arab, dengan Yerusalem sebagai kota internasional.

Adapun argumen yang setuju, yaitu resolusi PBB 181 ini berisikan keadilan. Resolusi ini memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk mendirikan negara merdeka. Bagi kaum Yahudi, ini adalah pencapaian setelah berabad-abad mengalami penganiayaan, terutama setelah Holocaust.

Di tengah ketegangan yang meningkat, resolusi ini dianggap sebagai upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik dengan cara damai, melalui pembagian yang seimbang berdasarkan populasi dan kepentingan historis. Resolusi ini disetujui oleh mayoritas anggota PBB, menunjukkan adanya dukungan internasional yang luas untuk solusi dua negara.

Adapun argumen yang kontra, yaitu resolusi PBB 181 berisikan ketidakadilan. Resolusi ini memberikan sekitar 55% dari tanah Palestina kepada negara Yahudi, meskipun populasi Yahudi saat itu hanya sekitar sepertiga dari populasi total. Hal ini dianggap tidak adil bagi penduduk Arab yang lebih banyak.

Penduduk Arab Palestina dan negara-negara Arab lainnya menolak resolusi ini karena mereka merasa hak-hak mereka diabaikan dan tanah mereka diberikan kepada pendatang baru tanpa persetujuan mereka. Implementasi resolusi ini langsung memicu konflik, yang berujung pada Perang Arab-Israel 1948. Banyak orang Arab Palestina kehilangan rumah dan tanah mereka akibat perang ini, menciptakan masalah pengungsi yang masih ada hingga kini.

Dari sudut pandang historis, Resolusi PBB 181 merupakan usaha pertama komunitas internasional untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina melalui cara diplomatik. Namun, implementasinya yang tidak mulus dan reaksi keras dari kedua belah pihak membuat resolusi ini tidak mampu menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.

Di masa kini, pandangan mengenai keadilan Resolusi PBB 181 masih terbagi. Sebagian besar penduduk Israel melihatnya sebagai dasar sah bagi pendirian negara mereka. Sementara itu, banyak orang Palestina dan pendukung mereka menganggap resolusi ini sebagai awal dari ketidakadilan dan penderitaan yang mereka alami.

Mempelajari Resolusi PBB 181 tidak hanya penting untuk memahami sejarah konflik Israel-Palestina, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana upaya internasional dalam menyelesaikan konflik bisa berakhir dengan hasil yang beragam. Beberapa implikasi dan pembelajaran dari resolusi ini yaitu:

1. Keterlibatan dan Persetujuan Semua Pihak. Salah satu alasan utama mengapa Resolusi PBB 181 gagal adalah karena tidak mendapat persetujuan dari semua pihak yang terlibat, terutama penduduk Arab Palestina. Keterlibatan dan persetujuan semua pihak yang terlibat dalam konflik adalah kunci untuk mencapai solusi damai yang berkelanjutan.

2. Perlunya Solusi yang Adil dan Seimbang. Ketidakpuasan terhadap pembagian wilayah yang dianggap tidak adil menjadi sumber utama konflik lanjutan. Solusi yang adil dan seimbang, yang memperhitungkan hak dan kepentingan semua pihak, diperlukan untuk mencegah ketidakpuasan dan ketegangan.

3. Dampak dari Dukungan Internasional. Dukungan internasional sangat penting dalam menyelesaikan konflik, namun harus disertai dengan pemahaman mendalam tentang konteks lokal dan sejarah. Resolusi yang hanya berdasarkan dukungan internasional tanpa mempertimbangkan realitas di lapangan cenderung tidak efektif.

4. Pentingnya Implementasi yang Efektif. Meskipun Resolusi PBB 181 menawarkan solusi, tapi tidak implementatif, sehingga tidak efektif dan menambah buruk situasi. Implementasi yang efektif membutuhkan mekanisme yang jelas, dukungan dari pihak-pihak yang terlibat, dan penegakan yang konsisten.

5. Pengaruh Konteks Global. Peristiwa global seperti Perang Dunia II dan Holocaust mempengaruhi keputusan internasional terhadap Mandat Palestina. Konteks global dan tekanan internasional sering kali mempengaruhi keputusan yang diambil oleh komunitas internasional.

Saat ini, konflik Israel-Palestina tetap menjadi salah satu isu paling kompleks di dunia. Upaya mencapai perdamaian masih terus berlangsung melalui berbagai negosiasi dan perjanjian. Namun, belajar dari pengalaman Resolusi PBB 181, beberapa poin penting yang perlu diperhatikan adalah:

1. Dialog dan Negosiasi. Semua pihak yang terlibat harus terus terlibat dalam dialog dan negosiasi yang konstruktif untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. 

2. Keadilan Sosial. Solusi apapun yang diambil harus berlandaskan pada prinsip keadilan sosial, mengakui hak-hak dan aspirasi semua pihak yang terlibat. 

3. Peran Komunitas Internasional. Komunitas internasional harus bertindak sebagai mediator yang netral, tidak memihak, dan lebih memahami konteks lokal serta sejarah. 

Apakah Resolusi PBB 181 adil untuk Palestina atau tidak tergantung pada perspektif dan narasi sejarah yang dianut. Bagi kaum Yahudi, ini adalah langkah penting menuju pembentukan negara Israel. Bagi banyak orang Arab Palestina, ini adalah awal dari eksodus besar-besaran dan hilangnya tanah air mereka.

Keadilan adalah konsep yang sering kali subjektif dan bergantung pada konteks historis, politik, dan sosial. Resolusi PBB 181, meskipun dimaksudkan untuk menjadi solusi damai, malah memperpanjang konflik yang hingga kini masih menjadi salah satu isu paling rumit dan sensitif di dunia. Upaya untuk mencapai perdamaian dan keadilan yang sejati masih membutuhkan dialog terus menerus dan pendekatan yang lebih inklusif dan memahami kedua belah pihak.

Resolusi PBB 181, meskipun dimaksudkan sebagai solusi damai, menunjukkan bahwa niat baik saja tidak cukup untuk menyelesaikan konflik yang kompleks dan bersejarah. Keberhasilan penyelesaian konflik membutuhkan keterlibatan semua pihak, solusi yang adil, dukungan internasional yang memahami konteks lokal, dan implementasi yang efektif.

Sejarah Resolusi PBB 181 mengingatkan kita akan pentingnya belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih damai dan adil. Dengan demikian, setiap upaya penyelesaian konflik di masa depan harus lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan, demi terciptanya perdamaian yang sejati bagi semua pihak yang terlibat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun