Mohon tunggu...
Asril Novian Alifi
Asril Novian Alifi Mohon Tunggu... Penulis - Writer | Learning Designer | Education Consultant

Writer | Learning Designer | Education Consultant https://linktr.ee/asrilnoa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Melihat Kualitas Sekolah dari Perpustakaannya

25 Januari 2019   10:30 Diperbarui: 25 Januari 2019   12:12 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu parameter apakah tujuan itu tercapai atau tidak, bisa kita lihat dari kuantitas pengunjung dan sirkulasi buku-buku yang dipinjam. Ketika itu tidak tercapai, tentu saja keberadaanya akan jadi mubazir.

Koleksi buku yang bervariasi
Ketika masuk ke dalam perpustakaan dan berjumpa dengan judul-judul buku yang sangat beragam dari berbagai genre, saya tak bisa menahan diri untuk menampakkan ekspresi bahagia. Apalagi jika di antara deretan buku-buku tersebut ada banyak buku-buku cerita dan komik. 

Bagi saya, buku cerita adalah pintu masuk seseorang untuk mencintai aktivitas membaca buku. Kalau kita simak perjalanan tokoh-tokoh besar yang begitu mencintai ilmu, mereka mengawalinya dari membaca buku-buku cerita.

Albert Einstein mengisi masa kecilnya dengan membaca novel-novel Karl May, yang kemudian mengantarnya menjadi orang yang gila membaca dan mencintai ilmu. 

Dalam buku yang berjudul Bukuku Kakiku, yang memuat tulisan dari para tokoh-tokoh besar Indonesia, mulai dari cendekiawan, ilmuwan, sastrawan, sampai polotisi hebat.

Semuanya mengaku mengawali kecintaannya terhadap aktivitas membaca dengan diawali dari membaca buku-buku cerita seperti komik Kho Ping Ho, novel detektif Lima Sekawan, sampai buku-buku cerita wayang R.A. Kosasih.

Biasanya, perpustakaan sekolah yang ramai pengunjung adalah yang memiliki banyak buku-buku cerita, bukan perpustakaan yang koleksinya hanya terbatas buku-buku paket pelajaran yang membosankan. 

Mengenai buku cerita dan komik ini, Hikmat Dharmawan pernah menulisakan artikel yang sangat menarik, yang di dalamnya juga berisi himbauan agar kita tidak perlu terlalu khawatir jika anak-anak begitu menggemari komik, sebab hal itu sangatlah wajar karena memang komik dan buku cerita sangat menarik dan mudah dibaca. 

Hikmat juga menyampaikan bahwa komik pun bisa jadi media pembelajaran yang menarik. Kalaupun kekhawatiran itu masih belum hilang, saat ini banyak beredar buku-buku cerita yang lebih aman. Buku-buku cerita  yang kental tersurat unsur edukasinya, seperti komik sains atau buku-buku cerita yang mengangkat nilai-nilai edukasi yang kental.

Program-program Literasi yang berkesinambunganan
Sekali lagi, mendirikan perpustakaan sekolah bukan hanya tentang mengisi sebuah ruangan kosong di sekolah dengan tumpukan buku, tapi juga tentang sebuah gerakan literasi yang berkesinambungan dalam lingkungan sekolah itu.

Jika diibaratkan sebuah lapak perniagaan, perpustakaan yang keren hendaknya bukan seperti seorang yang membuka lapak dagangannya, lalu menunggu orang lewat mampir membeli dagangannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun