---
Ekspresi Cinta
“Bapak ga pernah kasih aku dulu boneka atau puisi” protes istriku melihat jejeran boneka adiknya. Adiknya memang banyak menerima hadiah-hadiah dari teman-teman prianya yang berusaha pendekatan.
“Ma, cinta bapak mirip masakan ompung kampung itu, tidak banyak bumbunya tapi enak, ga bosanin” kujawab dengan inspirasi dari masakan ibuku.
Mendengar jawaban itu, istriku antara terima atau tidak. “Ah, bapak bisa saja…”
---
Nasihat dari Pemandu Wisata
Pada suatu kesempatan, saya pernah ikut rombongan wisata. Dalam daftar perjalanan kami akan mengunjungi sebuah rumah makan. Katanya kami akan mencicipi masakan yang dulu menjadi makanan para bangsawan. Dalam bus yang kami tumpangi menuju rumah makan tersebut, pemandu wisata memberi banyak narasi, tentang budaya dan tempat yang kami lalui. Dan beliau juga mengingatkan “tidak ada makanan yang tidak enak, yang ada adalah perbedaan selera”. Maksud beliau, jangan sampai ada yang ngedumel bilang “tidak enak” nanti.
Benar saja, makanan yang kami nikmati itu flat saja rasanya. Tidak ada cabai. Kurang garam. Yang dominan hanya rasa ginseng dan lada. Plus minum arak yang rasanya membakar tenggorokan. Ternyata begitu ya selera para bangsawan disana. Kalau disuruh pilih, tentu saya memilih sop kambing di Dukuh Zamrud, gurih!
Barangkali cinta pun demikian. Berbeda orang, berbeda ekspresinya. Bisa gaya cabe-cabean, bisa juga terong-terongan. Mau pakai coklat, mau pakai boneka, seikat mawar atau berlembar puisi boleh jadi hanya masalah selera. Asal dilakukan dengan tulus dan penuh penghargaan.
Bagaimana menurut anda?