Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulos Batak Ragidup, Simbol Pengharapan

8 September 2015   13:23 Diperbarui: 8 September 2015   13:42 2373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raksa (sifat, keadaan, dan fungsi) ulos paling tinggi derajatnya dalam tradisi Batak Toba adalah ulos Ragidup. Raksa-nya sebagaimana diterangkan Sihombing TM (1986/2000) adalah sebagai berikut:

Menenun ulos Ragidup itu sangat sulit. Ulos itu terdiri dari 3 bagian, yaitu 2 bagian sisi dan sebuah bagian tengah. Kedua bagian sisi itu ditenun sekaligus. Bagian tengah ditenun sendirian dengan cara yang sulit dan berbelit-belit. Bagian tengah itu terdiri dari tiga bagian, yaitu satu bagian tengah yang dinamai “badan” dan dua buah bagian “ujung”. Bagian ujung menjadi tempat pigura laki-laki (istilah Batak “pinarhalak baoa”) dan bagian ujung yang satu lagi menjadi tempat pigura perempuan (istilah Batak “pinarhalak boruboru”). Pigura laki-laki dan pigura perempuan itu disertai lagi oleh beraneka ragam lukisan lain. Diantaranya ada yang bernama “antinganting”, “sigumang”, “batu ni ansimun”, dan lain-lain lagi.

Kalau Ragidup itu dipandang dengan cermat dan dengan penuh perhatian, maka warna, rupa lukisan serta “ragi-nya” (coraknya) yang kesemuanya sangat mengesankan itu, benar-benar nampak “hidup”. Itulah sebabnya ulos itu diberi nama “Ragidup” (ragi hidup) dan dibuat menjadi simbol hidup (penghidupan).

 [caption caption="tribaltextiles.info"]

[/caption]

Ulos Ragidup menjadi perlambang betapa perlunya untuk tetap hidup. Oleh karenanya, hidup boleh saja susah, miskin dan menderita, tetapi tidak boleh menyerah, harus tetap dalam pengharapan untuk mencapai kebahagiaan hidup. Sihombing TM (1986/2000) kemudian mengutip falsafah Batak tentang pengharapan dalam hidup:

Agia pe lapalapa asal di toru ni sobuon, agia pe malapalap asal ma di hangoluon

Ai sai na boi do jolma partalaga muba gabe parjuluon

Artinya:

Hidup sekarang bisa saja penuh penderitaan, bertahanlah dan berpengharapanlah. Sebab kehidupan bisa berubah, dari penderitaan menjadi kebahagiaan.

Ulos Ragidup diberikan juga sebagai simbol doa restu, pengharapan agar si penerima memperoleh kebahagiaan dalam kehidupannya terutama gabe (berketurunan banyak) dan saur sarimatua (berumur panjang). Ulos Ragidup diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada orang tua pengantin laki-laki sebagai ulos pargomgom perlambang harapan agar orang tua itu dengan pertolongan Tuhan dapat mempertahankan hidup (melindungi) menantunya. Ulos Ragidup juga diberikan oleh orang tua kepada putrinya yang sedang mengandung anak pertama sebagai ulos tondi, dengan maksud agar putrid dan bayi yang dikandung mendapat pertolongan Tuhan.

Kondisi Sekarang: Masuknya Pragmatisme Kapitalis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun