Siboru Deangparujar sebal di dalam hatinya, tetapi tidak diperlihatkan. “Aha ma ianggo i, jolo tapasaut ma pangidoanmu na parjolo i, asa lam uli ho” jawab Siboru Deangparujar. “Itu tidak masalah, tapi saya penuhi dulu permintaanmu tentang sirih tadi, biar abang tambah ganteng” kira-kira begitu bahasa sekarang.
Raja Padoha sebelumnya sudah membuat janji, dia mau dipasung oleh Siboru Deangparujar asalkan dia diberikan satu set sirih dari bulan itu, supaya dia tambah ganteng. “Pasungan apa yang kuat menahan kekuatanku” begitu pikiran Raja Padoha.
Lalu Siboru Deangparujar memanggil SMUN untum meminta pasungan dari besi yang kuat kepada OMN, dan memberitahukan godaan yang disampaikan oleh Raja Padoha. Godaan demikian itu tentulah melanggar adat hukum DnT. Tidak boleh mendekati tunangan orang lain. OMN segera mengirim pasungan, dan Raja Padoha pun dipasung.
“Cobalah dulu abang bergeser” kata Siboru Deangparujar kepada Raja Padoha. Dia hendak menguji kekuatan pasungan itu, yang ternyata dengan mudah dipatahkan Raja Padoha.
Siboru Deangparujar kemudian meminta SMUN meminta rantai inti besi (ate-ate ni bosi) kepada OMN. Dengan rantai itulah Raja Padoha diikat pada sebuat tiang bertanduk tujuh berkepala sembilan. Raja Padoha tidak bisa melepaskan diri. Siboru Deangparujar pun melanjutkan menempa tanah daratan dari 7 kepal tanah kiriman OMN. Semakin lama, tubuh Raja Padoha terbenam oleh tanah yang dibuat Siboru Deangparujar. Dia tak bisa bergerak kuat untuk merusak tanah itu lagi. Hanya gerakan-gerakan kecil, yang menimbulkan guncangan kecil, menciptakan jurang-jurang dan gunung-gunung.