Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Pertama Bumi itu Seorang Perempuan (Putri)

25 Agustus 2015   13:56 Diperbarui: 25 Agustus 2015   13:56 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia Pertama Bumi itu Seorang Perempuan (Putri)

 

Setelah ngos-ngosan mengikuti perang puitis antara Pebrianov dan DesoL, yang kelihatannya sementara ini jeda dulu, saya masih berputar-putar dalam kisah penciptaan manusia. Siapa dan bagaimana manusia pertama hadir di muka bumi yang katanya fana ini. Jika menurut kisah guru sekolah minggu, manusia pertama adalah Adam seorang laki-laki yang diciptakan dari segenggam debu tanah. Sedangkan manusia kedua, pendamping Adam diciptakan dari tulang rusuk Adam, seorang perempuan bernama Hawa. Mereka bermukin di sebuah taman yang indah dengan segala fasilitasnya untuk menunjang kehidupan Adam dan Hawa tanpa kurang suatu apapun. Itupun saya renung-renungkan sambil menyuci piring, membakar sampah, mengepel rumah, bagaimana kira-kira prosesnya itu dulu.

 

Akhir-akhir ini saya memang sedang gandrung mencari makna, itu setelah saya mengenal seorang dosen Metlit di kampus, dan sebelumnya saya membaca tulisan Dosen Felix Tani sosiolog petani sawah dan Prof. Pebrianov si pawang ular. Pencarian itu membawa saya berpetualang dari satu e-book ke e-book yang lain, memaksa diri memahami bahasa Inggris dengan bantuan google dan kamus online. Oleh karena itu, saya merasa bersyukur, tidak menyesal berada di Kompasiana bertahun-tahun lamanya setara dengan 8 semester plus semester pendek. Walaupun tak terungkapkan, banyaklah terasa manfaat yang kupetik saat ini dari bergaul dengan Kompasianer. Mereka yang sudah pergi (akunnya tak muncul lagi), juga memberikan warna pola pikir, paradigma saya saat ini. Kumengenang Nararya dan Revo Sanjaya (yang sudah berganti nama akun berkali-kali), walau mereka sudah tiada (akunnya tidak muncul), tapi pikirannya masih hadir.

 

Kembali ke awal mula manusia itu tadi. Cerita yang kudapat dari sekolah minggu sejalanlah dengan apa yang saya lihat dalam kehidupan masyarakat di kampungku. Laki-laki lebih memiliki kuasa daripada perempuan. Kehadiran anak laki-laki menjadi sangat penting. Hampir semua tugas dalam adat diemban oleh laki-laki. Tarombo (silsilah) pun mengikuti garis keturunan laki-laki, sementara perempuan mengikuti klan suaminya. Saat remaja SMA pun, dalam surat cinta ada rayuan kira-kira bunyinya “kaukah tulang rusukku itu?”, demikian surat cinta mendarat di laci meja remaja perempuan di kelas IPA maupun kelas IPS. Klop cerita itu.

 

Dalam pencarianku kemarin, saya terkait dengan sebuah blog. Disitu diceritakan asal mula manusia menurut legenda Batak.

 

Begini saya kutipkan langsung dari blog tersebut:

Menurut legenda asal muasal orang Batak, dikisahkan seorang puteri khayangan yang bernama Siboru Deak Parujar jatuh ke suatu lautan ketika dia melarikan diri karena dia tidak mau dipaksa kawin dengan seorang pilihan orang tuanya. Dia kemudian menciptakan bumi lewat sekepal tanah yang dikirimkan oleh Mulajadi Nabolon kepadanya. Begitu Siboru Deak Parujar selesai menciptakan bumi, Mulajadi Nabolon mengirimkan seseorang yang bernama Raja Ihat Manisia, yang kemudian menjadi teman hidupnya. Dari perkawinan Raja Ihat dan Boru Deak Parujar, setelah beberapa generasi kemudian, muncul nama Raja Batak. Masih menurut legenda tersebut, Raja Batak bermukim di kaki Dolok Pusuk Buhit di suatu kampung yang bernama Sianjur Mula-mula. Kampung ini hingga sekarang masih terpelihara dengan baik dan dihuni oleh marga Sagala, yang merupakan keturunan Guru Tatea Bulan. (Sadarsibarani’s Weblog)

 

Jadi manusia pertama berasal dari khayangan, seorang putri bernama Siboru Deak Parujar. Tunangannya dikirimkan oleh Mulajadi Nabolon benama Raja Ihat Manisia. Keturunannya (beberapa generasi kemudian) Si Raja Batak bermukim di kaki Dolok Pusuk Buhit, di suatu komplek bernama Sianjur Mula-mula. Nama Sianjur Mula-mula inilah yang di-humor-kan Pak Felix Tani kemarin, yang mengatakan leluhur orang Batak berasal dari Cianjur. Entahlah.

 

Kalau perempuan manusia pertama, kenapa laki-laki “kelihatan” lebih berkuasa sekarang?

 

Penasaran….

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun