Sebuah pertanyaan yang seringkali terdengar di kalangan guru penggerak. Bukan saja dari sejawat, melainkan juga pejabat. Rasanya ini bukan hal baru lagi.Â
Sudah sejak lama pertanyaan ini menyeruak Terlebih saat digulirkannya wacana sertifikat guru penggerak sebagai salah satu persyaratan menjadi kepala sekolah. Pertanyaan pun semakin deras mengalir.Â
Beragam pertanyaan yang mencuat terkait kontribusi guru penggerak bagi pendidikan. Pertanyaan yang wajar mengingat dalam penyelenggaraan pendidikannya menyedot banyak alokasi pembiayaan.Â
Sah-sah saja jika ada yang mempertanyakan hasil dari biaya yang telah dikeluarkan. Tentu ada harapan keberhasilan yang besar untuk biaya yang tidak sedikit.Â
Mengapa sampai muncul pertanyaan seperti itu?Â
Ini menarik untuk dibahas. Terutama terkait alasan di balik pertanyaan. Bukan saja terkait kompetensi kepemimpinan guru penggerak di sekolah. Melainkan juga tentang kiprah dalam perubahan pendidikan.Â
Tentu bukan hal mudah bagi guru penggerak untuk mencegah tidak ada lagi pertanyaan serupa. Namun, bukan berarti sulit untuk dilakukan.Â
Pertanyaan tersebut muncul karena beberapa penyebab. Penyebab utamanya, yaitu banyak individu yang belum mengetahui kiprah guru penggerak di sekolah.Â
Penyebab lainnya adalah belum terlihatnya dampak perubahan yang dilakukan guru penggerak. Kedua hal tersebut merupakan pemicu bagi munculnya pertanyaan terkait kontribusi guru penggerak.Â
Bagaimana guru penggerak harus menyikapinya?Â
Tentu guru penggerak harus menyikapinya dengan bijak. Tidak harus frontal menanggapi atau melakukan pembelaan yang berapi-api. Hal ini justru akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan lainnya.Â
Guru penggerak haruslah bisa mengelola emosinya dalam menanggapi. Dengan demikian akan bisa lebih jernih dalam mengambil sikap.Â