Ini merupakan hal wajib yang pertama kali dilakukan saat akan mengimplementasikan program. Tujuannya untuk mengomunikasikan rencana dan memperoleh dukungan dari sekolah.Â
Kedua, kolaborasi dengan komunitas praktisi di sekolah
Kolaborasi dengan sejawat dilakukan dalam bentuk pembagian tugas. Diskusi akan lebih bermakna jika dilakukan secara informal. Melalui pendekatan personel akan ditemukan sejawat yang memiliki visi sama memajukan literasi sekolah.Â
Ketiga, melakukan pemetaan kebutuhan baca murid
Pemetaan dilakukan berkolaborasi dengan Urusan Kesiswaan dan guru Bimbingan Konseling (BK). Tujuannya untuk memperoleh gambaran kebutuhan baca murid di sekolah. Kebutuhan ini nantinya akan diupayakan dipenuhi oleh pihak sekolah.Â
Pemetaan dilakukan untuk mengetahui minat, kesiapan belajar, dan profil belajar murid. Pemetaan minat didasarkan pada pilihan murid terhadap jenis buku bacaan.Â
Pilihan ini meliputi buku cerita bergambar, buku fiksi, olahraga, kecakapan hidup, pengetahuan populer, dan lain-lain. Nantinya akan diupayakan pengadaannya oleh sekolah.Â
Terkait pemetaan kesiapan belajar, murid dikelompokkan menjadi belum dan sudah mahir. Bagi murid yang belum mahir membaca, guru akan mendampinginya. Sedangkan bagi yang sudah, diberikan kesempatan membaca secara mandiri.Â
Sementara terkait aspek profil belajar, dipetakan menjadi buku cetak manual, digital, audiobook atau videobook. Nantinya pihak sekolah juga memfasilitasi melalui pemanfaatan laboratorium komputer yang ada.Â
Pilihan-pilihan tersebut tentu menyesuaikan dengan kesiapan masing-masing sekolah untuk memenuhinya. Pada dasarnya tidak semua harus terpenuhi. Namun, paling tidak sudah ada upaya ke arah sana.Â
Keempat, melatih murid pemimpin literasi