Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

4 Strategi Guru Penggerak Mewujudkan Pembelajaran yang Memerdekakan

28 Januari 2023   22:23 Diperbarui: 1 Februari 2023   03:00 2396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran yang memerdekakan memungkinkan murid bebas dari tekanan dan paksaan dalam proses pembelajaran di kelas

Seorang guru penggerak artinya telah lulus program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) selama 6 atau 9 bulan. Keberhasilan bukan pada saat sukses menyelesaikan pendidikan, melainkan kemampuan terus melakukan perubahan setelahnya. Setelah lulus adalah tantangan yang sebenarnya. Dengan kata lain, perjuangan sesungguhnya baru saja dimulai. 

Perjuangan sesungguhnya selain tetap menjaga perubahan pada diri yang sudah terjadi, juga perubahan murid di kelas dan perubahan di sekolah. Terlebih upaya mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan bagi murid di kelas. 

Apa itu pembelajaran yang memerdekakan bagi murid? 

Pembelajaran yang memerdekakan bagi murid bisa diartikan sebagai upaya membebaskan murid dari segala tekanan dan paksaan dalam belajar. 

Murid yang bebas dari tekanan dan paksaan akan mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan. Hal ini karena di dalam diri murid telah tumbuh motivasi intrinsik untuk belajar. 

Mengapa murid harus merdeka belajar?

Murid sejatinya adalah benih bagi guru yang petani. Demikian filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Sebagai petani harus memiliki strategi yang tepat untuk menumbuhkan benih secara optimal. Bagaimanapun kondisi benih tersebut, petani haruslah memperlakukan sebaik-baiknya. Guru sebagai petani tentu harus memahami karakteristik benih yang akan dirawat dan ditumbuhkannya. 

Demikian halnya dengan murid di kelas. Murid di kelas sebagai benih memiliki hak untuk terpenuhi kebutuhan belajarnya. Tujuannya agar bisa menemukan dan menumbuhkan potensi diri dengan sebaik-baiknya. Guru tugasnya menuntun agar murid bisa tumbuh dan berkembang menjadi terbaik versi dirinya sendiri. 

Oleh karena itu, murid di kelas harus merdeka belajar. Murid yang terbebas dari tekanan dan paksaan akan lebih mampu mengenali potensi dirinya sendiri. 

Bagaimana strategi guru penggerak mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan bagi murid di kelas? 

Dalam proses pembelajaran di kelas, guru penggerak tidak pernah lepas dari nilai dan perannya. Guna optimalisasi nilai dan peran, guru penggerak harus senantiasa berusaha menerapkannya. Bukan saja terkait peran mengembangkan rekan sejawat, melainkan juga murid di kelas. Upaya implementasi peran ini dilakukan melalui proses pembelajaran yang memerdekakan. 

Pembelajaran yang memerdekakan bagi murid ini secara holistik telah dipelajari oleh guru penggerak. Proses belajar melalui PGP tersebut sudah seharusnya tidak membuat guru penggerak merasa kebingungan lagi. Bekal ilmu selama pendidikan lebih dari cukup untuk bisa mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan bagi murid di kelas. 

Berikut ini empat strategi yang bisa dilakukan guru penggerak untuk mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan bagi murid di kelas. 

Pertama, membiasakan ice breaking. 

Memang apa hubungannya ice breaking dengan pembelajaran yang memerdekakan? Hubungannya erat sekali. Seperti kita ketahui bersama, salah satu manfaat ice breaking adalah mencairkan suasana. 

Pada proses pembelajaran di kelas terutama jam terakhir yang rawan dengan menurunnya motivasi belajar murid. 

Ice breaking yang dilakukan bersama-sama ini akan membuat murid merasa senang. Senang merupakan salah satu kunci pembelajaran yang memerdekakan. 

Guru penggerak tentu tidak akan kesulitan menerapkan ice breaking yang sesuai. Hal ini telah biasa dilakukan saat masih berstatus menjadi Calon Guru Penggerak (CGP). Terutama dilakukan pada saat pendampingan lokakarya. Kebiasaan ini akan memudahkan guru penggerak menerapkannya dalam proses pembelajaran. 

Kedua, menciptakan pembelajaran kreatif. 

Ilmu tentang pembelajaran kreatif dikembangkan oleh guru penggerak dari salah satu nilainya, yaitu kreatif. Saat proses pendidikan guru penggerak telah dipantik ide-ide kreatifnya. Terutama dalam penyelesaian tugas dalam Learning Management System (LMS). 

Ilmu tentang kreativitas dalam pembelajaran telah diterapkan dalam praktik mengajar yang dilakukan selama pendidikan. Hal ini akan menjadi bekal untuk pengembangan saat lulus menjadi guru penggerak. 

Pembelajaran kreatif dimaksud bukan saja terkait metode pembelajaran, melainkan juga media. Kemerdekaan guru penggerak dalam mengajar merupakan kunci keberhasilan menemukan ide-ide kreatif terkait pembelajaran. 

Merdeka mengajar bagi guru penggerak memungkinkan melahirkan beragam metode dan media pembelajaran. Hal ini akan memberikan dampak rasa senang pada murid untuk mengikuti proses pembelajaran. 

Ketiga, melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dan mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE). 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan ruh merdeka belajar bagi murid. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan murid belajar sesuai potensi dan kekuatan yang dimilikinya. 

Model pembelajaran ini juga membuat murid terpenuhi kebutuhan belajarnya berdasarkan aspek kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. 

Guru penggerak bisa menerapkannya pada konten, proses atau produk pembelajaran. Terpenuhinya kebutuhan belajar merupakan kunci setinggi-tingginya kebahagiaan murid. 

Sedangkan KSE merupakan bekal bagi murid untuk terlibat dalam pembentukan karakter positifnya. Integrasi KSE dalam proses pembelajaran memberikan jaminan kebahagiaan bagi murid. Berbagai pembiasan positif berbasis KSE ini akan menumbuhkan karakter positif pada diri murid. 

Keempat, menumbuhkan murid reflektif. 

Selama mengikuti pendidikan, guru penggerak dituntun untuk melakukan refleksi. Proses refleksi dilakukan secara rutin di LMS maupun dalam proses pendampingan individu dan lokakarya. 

Proses refleksi dilakukan melalui beragam metode. Guru penggerak pun telah mencoba menerapkan refleksi dengan metode yang variatif. Kebiasaan ini terus tumbuh dan diharapkan lahir guru penggerak yang reflektif. 

Guru penggerak yang reflektif adalah seseorang yang memahami arti penting melakukan refleksi setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya akan menerapkannya di kelas untuk mewujudkan murid reflektif. 

Murid yang reflektif memiliki kemungkinan untuk berusaha memperbaiki kekurangannya dalam proses pembelajaran secara terus-menerus. Hingga pada akhirnya murid akan mampu menyadari kekurangan dan upaya memperbaiki ke depannya. 

Guna mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan tentu guru penggerak memiliki strategi sendiri agar proses refleksi menjadi menyenangkan. 

Seorang guru penggerak bisa saja memberikan berbagai pilihan metode refleksi kepada murid. Selanjutnya murid sendiri yang akan menentukan metode yang dipilih sesuai keinginannya. Salah satunya adalah melalui buku refleksi belajar murid. Terpenuhinya keinginan ini pada akhirnya akan membuat murid merasa merdeka dalam belajar. 

Keempat strategi tersebut di atas sejatinya bukan saja untuk dijalankan guru penggerak saja, melainkan juga bagi semua guru tanpa terkecuali. Sebab bagaimanapun juga setiap guru sejatinya adalah penggerak bagi ekosistem pendidikan di sekitarnya. Setidaknya di tingkat kelas yang diajarnya. 

Jadi, sudah siap mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan melalui strategi tersebut di atas, kan? 

Semoga bermanfaat! 

Salam Bloger Penggerak

Sudomo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun