Ketiga, melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dan mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE).Â
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan ruh merdeka belajar bagi murid. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan murid belajar sesuai potensi dan kekuatan yang dimilikinya.Â
Model pembelajaran ini juga membuat murid terpenuhi kebutuhan belajarnya berdasarkan aspek kesiapan belajar, minat, dan profil belajar.Â
Guru penggerak bisa menerapkannya pada konten, proses atau produk pembelajaran. Terpenuhinya kebutuhan belajar merupakan kunci setinggi-tingginya kebahagiaan murid.Â
Sedangkan KSE merupakan bekal bagi murid untuk terlibat dalam pembentukan karakter positifnya. Integrasi KSE dalam proses pembelajaran memberikan jaminan kebahagiaan bagi murid. Berbagai pembiasan positif berbasis KSE ini akan menumbuhkan karakter positif pada diri murid.Â
Keempat, menumbuhkan murid reflektif.Â
Selama mengikuti pendidikan, guru penggerak dituntun untuk melakukan refleksi. Proses refleksi dilakukan secara rutin di LMS maupun dalam proses pendampingan individu dan lokakarya.Â
Proses refleksi dilakukan melalui beragam metode. Guru penggerak pun telah mencoba menerapkan refleksi dengan metode yang variatif. Kebiasaan ini terus tumbuh dan diharapkan lahir guru penggerak yang reflektif.Â
Guru penggerak yang reflektif adalah seseorang yang memahami arti penting melakukan refleksi setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya akan menerapkannya di kelas untuk mewujudkan murid reflektif.Â
Murid yang reflektif memiliki kemungkinan untuk berusaha memperbaiki kekurangannya dalam proses pembelajaran secara terus-menerus. Hingga pada akhirnya murid akan mampu menyadari kekurangan dan upaya memperbaiki ke depannya.Â
Guna mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan tentu guru penggerak memiliki strategi sendiri agar proses refleksi menjadi menyenangkan.Â