Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

4 Hal yang Sering Dilupakan Guru Penggerak

24 Januari 2023   06:14 Diperbarui: 27 Januari 2023   19:45 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Guru Penggerak. (Foto: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Menjadi guru penggerak artinya telah siap menjadi agen perubahan pendidikan. Guna mencapai hal tersebut guru penggerak haruslah menerapkan nilai dan perannya dengan baik. 

Kenyataan yang ada saat ini, masih banyak guru penggerak yang belum optimal menerapkan di sekolah. Berbagai kendala menjadi penghambat dalam setiap aksi yang dilakukan. 

Padahal seharusnya hal ini tidak menjadi penghambat. Guru penggerak telah dibekali pemahaman dan keterampilan agar memiliki resiliensi. 

Daya lenting ini diharapkan mampu membuat guru penggerak terus mampu menjadikan keterbatasan sebagai kekuatan. Resiliensi memang tidak bersifat serta merta. 

Membutuhkan proses dan waktu daya yang tersimpan ini keluar sebagai kekuatan. Melalui tergerak, bergerak, dan menggerakkan, kekuatan ini akan mampu mendobrak paradigma lama pendidikan. 

Namun, sayangnya dalam upaya mendobrak ada beberapa hal yang sering dilupakan oleh guru penggerak. 

Bukan saja saat berstatus Calon Guru Penggerak (CGP), melainkan juga yang telah lulus sebagai guru penggerak. Uraian berikut ini setidaknya menjadi pengingat terhadap hal-hal yang sering dilupakan guru penggerak. 

Apa saja hal-hal yang sering dilupakan guru penggerak? 

Berikut adalah beberapa hal yang sering terlupakan oleh guru penggerak.

Pertama, lupa mengembangkan orang lain. Seperti kita ketahui bersama, sosok guru penggerak adalah pembelajar sepanjang hayat. Hampir semua guru penggerak adalah tipe-tipe guru yang selalu tergerak untuk meningkatkan kompetensi diri. 

Guru tipe ini akan selalu mampu memanfaatkan peluang untuk mengasah kemampuan. Berbagai kegiatan diikuti bahkan tanpa menunggu instruksi pimpinan. 

Guru penggerak dikenal sebagai sosok yang selalu penasaran mempelajari hal-hal baru. Rasa ingin tahu yang menggebu telah menjadi satu di dalam jiwa guru penggerak. 

Namun, sayangnya masih ada beberapa guru penggerak yang lupa bahwa orang-orang di sekitarnya membutuhkan kehadirannya. 

Kenyataan di lapangan masih banyak guru penggerak yang lupa untuk mengembangkan orang lain karena terlalu sibuk mengembangkan diri. Bukan tanpa alasan. Bisa jadi memang tidak ada kesempatan untuk berbagi dengan rekan sejawat di sekolah. 

Alasan lain yang mungkin adalah niat berbagi tidak diakomodir dalam bentuk program rutin sekolah. Hal ini bisa jadi penyebab guru penggerak enggan berbagi. 

Kedua, lupa menumbuhkan komunitas belajar di dalam sekolah. Seperti kita ketahui bersama, salah satu produk yang dihasilkan dalam program guru penggerak adalah komunitas praktisi di sekolah. 

Selama mengikuti pendidikan, komunitas praktisi telah dirintis dan ditumbuhkan. Namun, setelah menyandang gelar guru penggerak, banyak yang lupa untuk merawat keberlanjutan komunitas praktisi ini di sekolah. 

Alasannya sangat beragam. Belum adanya kebijakan sekolah terkait keberadaan komunitas praktisi adalah salah satunya. 

Alasan lainnya adalah bisa jadi guru penggerak lebih sibuk terlibat dalam komunitas di luar sekolah. Penyebabnya bisa jadi karena keterlibatan di luar memiliki kemungkinan bagi dirinya untuk lebih berkembang. 

Ketiga, lupa berkolaborasi dengan sejawat. Ada sebagian guru penggerak memilih melakukan aksi perubahan sendirian. 

Hal ini karena menurutnya tidak ada rekan sejawat yang mampu diajak kerja sama. Ada juga sebagian guru penggerak lain yang belum menjadikan kolaborasi sebagai sebuah budaya. 

Kenyataan yang ada, kolaborasi yang dilakukan beberapa guru penggerak dengan sejawat hanya pada saat mengikuti pendidikan saja. 

Terutama hanya untuk menggugurkan kewajiban menyelesaikan tugas-tugas. Setelah lulus pendidikan dan kembali menjalani rutinitas, nilai kolaboratif ini justru malah luntur dan mulai dilupakan. 

Keempat, lupa melaporkan praktik baik kepada kepala sekolah. Ini sepertinya hal yang paling banyak dilupakan guru penggerak, baik yang masih ikut pendidikan maupun yang sudah selesai. 

Seperti kita ketahui bersama, praktik baik yang dilakukan guru penggerak sudah banyak. Namun, kadang guru penggerak lupa menyampaikan kepada kepala sekolah secara tertulis. Seringkali hanya secara lisan. 

Bagaimana strategi agar guru penggerak tetap mengingatnya? 

Sebagai manusia biasa, tentu lupa adalah hal lazim bagi guru penggerak. Akan menjadi berbahaya jika memang ada niat sengaja melupakannya. Oleh karena itu diperlukan strategi agar tidak melupakannya. Di antaranya, yaitu:

  • Selalu berusaha membagikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya kepada sejawat. Langkah strategisnya, yaitu berbagi secara informal. Selain itu, bisa melakukan pendekatan kepada bendahara sekolah agar dapat disiapkan pendanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi sejawat di sekolah;
  • Menyusun jadwal pertemuan rutin dengan komunitas praktisi di dalam lingkungan sekolah berupa diskusi yang dilaksanakan secara formal atau informal;
  • Membangun kebiasaan kolaborasi dengan beberapa sejawat melalui pelibatan dalam program yang dilaksanakan;
  • Mulai membiasakan diri segera menyusun laporan tertulis setelah praktik baik dilakukan untuk diserahkan kepada kepala sekolah. 

Keempat hal tersebut di atas merupakan gambaran secara umum yang terjadi saat ini. Melalui gambaran strategi yang ada diharapkan guru penggerak tidak lagi lupa dengan nilai dan perannya. 

Sebab sejatinya guru penggerak bukan hanya sekadar sertifikat, melainkan karya nyata menumbuhkan kebahagiaan murid agar menjadi hebat. 

Guru penggerak bukan hanya jalan jenjang karir, melainkan konsisten menjadi agen transformasi pendidikan sebagai tujuan akhir. 

Salam Bloger Penggerak

Sudomo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun