Guru tipe ini akan selalu mampu memanfaatkan peluang untuk mengasah kemampuan. Berbagai kegiatan diikuti bahkan tanpa menunggu instruksi pimpinan.Â
Guru penggerak dikenal sebagai sosok yang selalu penasaran mempelajari hal-hal baru. Rasa ingin tahu yang menggebu telah menjadi satu di dalam jiwa guru penggerak.Â
Namun, sayangnya masih ada beberapa guru penggerak yang lupa bahwa orang-orang di sekitarnya membutuhkan kehadirannya.Â
Kenyataan di lapangan masih banyak guru penggerak yang lupa untuk mengembangkan orang lain karena terlalu sibuk mengembangkan diri. Bukan tanpa alasan. Bisa jadi memang tidak ada kesempatan untuk berbagi dengan rekan sejawat di sekolah.Â
Alasan lain yang mungkin adalah niat berbagi tidak diakomodir dalam bentuk program rutin sekolah. Hal ini bisa jadi penyebab guru penggerak enggan berbagi.Â
Kedua, lupa menumbuhkan komunitas belajar di dalam sekolah. Seperti kita ketahui bersama, salah satu produk yang dihasilkan dalam program guru penggerak adalah komunitas praktisi di sekolah.Â
Selama mengikuti pendidikan, komunitas praktisi telah dirintis dan ditumbuhkan. Namun, setelah menyandang gelar guru penggerak, banyak yang lupa untuk merawat keberlanjutan komunitas praktisi ini di sekolah.Â
Alasannya sangat beragam. Belum adanya kebijakan sekolah terkait keberadaan komunitas praktisi adalah salah satunya.Â
Alasan lainnya adalah bisa jadi guru penggerak lebih sibuk terlibat dalam komunitas di luar sekolah. Penyebabnya bisa jadi karena keterlibatan di luar memiliki kemungkinan bagi dirinya untuk lebih berkembang.Â
Ketiga, lupa berkolaborasi dengan sejawat. Ada sebagian guru penggerak memilih melakukan aksi perubahan sendirian.Â
Hal ini karena menurutnya tidak ada rekan sejawat yang mampu diajak kerja sama. Ada juga sebagian guru penggerak lain yang belum menjadikan kolaborasi sebagai sebuah budaya.Â