Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Guru Nasional: Refleksi Wajah Pendidikan Indonesia (Bagian 2)

26 November 2022   22:49 Diperbarui: 26 November 2022   23:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca Sebelumnya: Hari Guru Nasional: Refleksi Wajah Pendidikan Indonesia (Bagian 1)

Setelah sebelumnya merefleksikan peristiwa, kali ini saatnya merefleksikan pembelajaran dan penerapan ke depan. 

Pembelajaran

Beragam peristiwa tersebut di atas membuka pikiran bahwa banyak hal yang masih harus dilakukan oleh guru. Melalui peristiwa-peristiwa yang ada, guru memperoleh pembelajaran. Meningkatnya tren Pendidikan Guru Penggerak (PGP) memberikan pembelajaran terkait perubahan diri, kelas, dan lingkungan sekolah. Pembelajaran tersebut pada akhirnya akan mengubah mindset seorang guru terhadap pembelajaran yang memerdekakan. 

Pembelajaran lainnya bahwa hanya dengan kesungguhan merencanakan, prakarsa perubahan akan lebih mudah dilakukan. Terlebih dengan pembelajaran terkait pentingnya kolaborasi dengan seluruh warga sekolah. Selain itu, PGP mengajarkan seorang guru untuk membiasakan diri melakukan refleksi hasil belajar. Melalui PGP seorang guru akan lebih siap menjadi seorang pemimpin pembelajaran. Bukan saja di kelas, melainkan juga di tingkat sekolah. 

Peristiwa pengangkatan guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) juga memberikan pembelajaran pada guru. Pembelajaran utama yang bisa dipetik dari peristiwa ini adalah tidak ada keikhlasan pengabdian yang sia-sia. 

Meskipun tidak menjadi PNS, tetapi tetap saja status ini adalah harapan guru honorer. Lantas bagaimana dengan yang tidak lulus? Pembelajaran apa yang mereka peroleh? Tentu terkait dengan adanya kesempatan yang selalu ada. Dari kegagalan, guru bisa belajar tentang arti penting sebuah perjuangan menggapai impian. 

Sementara peristiwa raihan prestasi murid tingkat internasional memberikan pembelajaran bahwa setiap murid memiliki potensinya sendiri. Tugas guru adalah mengembangkannya sehingga murid bisa berkembang secara optimal dalam versi terbaik dirinya. 

Demikian halnya dengan isu RUU Sisdiknas yang sedang digodok memberikan pembelajaran kepada guru. Pembelajaran yang bisa dipetik adalah adanya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru. Selain itu, peristiwa ini juga mengajarkan bahwa sebenarnya guru adalah garda depan kemajuan generasi bangsa. Oleh karena itu harus dipikirkan terkait kebijakan berpihak pada kepentingan terbaik bagi guru. 

Potret buram lingkungan pendidikan pun turut memberikan pembelajaran. Pembelajaran bagi guru terkait maraknya kasus tindak kekerasan  adalah terkait tentang pentingnya menciptakan kebahagiaan murid di lingkungan sekolah. Bukan saja dalam proses belajar dan mengajar, melainkan juga di luar jam pembelajaran. Selain itu, pentingnya menciptakan suasana ekosistem sekolah yang aman dan nyaman adalah sebuah keharusan. 

Penerapan ke Depan

Berdasarkan pembelajaran yang telah diperoleh, ke depannya guru perlu menentukan rencana perbaikan. Tujuannya agar peristiwa-peristiwa baik akan semakin baik. Sementara peristiwa buruk semakin lama akan menghilang. Tentu ini membutuhkan perencanaan yang matang untuk bisa melakukan perubahan. 

Terkait PGP, ke depannya guru bisa menerapkan hasil belajar di lingkungan sekolahnya. Melakukan prakarsa perubahan adalah salah satunya. Contoh lainnya adalah dengan tetap menjalin kolaborasi dalam komunitas praktisi sekolah. Dengan kolaborasi, permasalahan pembelajaran akan dapat teratasi. Hal ini akan memudahkan dalam mengelola murid sebagai aset. Termasuk di dalamnya mengembangkan sikap kepemimpinan murid dalam bentuk program. 

Sementara penerapan ke depan terkait pengangkatan guru honorer sebagai PPPK, tentu akan berbeda lagi. Bagi yang telah lolos tentu harus bisa menerapkan ilmunya dengan lebih baik lagi. Sedangkan bagi yang belum lulus pastinya harus terus berjuang. 

Agar murid bisa berprestasi guru harus menerapkan pendampingan dan bimbingan sesuai potensi dan kekuatan murid. Tentunya suasana pun harus bahagia. Tujuannya agar murid dapat belajar dengan optimal dengan tuntunan dari guru. 

Lantas bagaimana penerapan ke depan terkait potret buram wajah pendidikan Indonesia terkait tindak kekerasan terhadap anak di sekolah? Guru bisa berkolaborasi untuk menerapkan sekolah ramah anak. Tujuannya agar anak terbebas dari segala bentuk kekerasan. 

Mengubah wajah pendidikan Indonesia memang tidak mudah. Namun, bukan berarti sulit dilakukan. Kuncinya adalah bergerak bersama melakukan perubahan pendidikan  ke arah yang lebih baik. Terutama di lingkungan terdekat, yaitu sekolah tempat mengajar. 

Guru mau, guru bisa! 

Salam Bloger Penggerak

SUDOMO

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun