"Long... cermin ini artinya kita sebagai manusia harus mawas diri. Kamu tahu tidak kenapa?" tanya Amaq Locong sambil menatap wajah Solong yang duduk di sampingnya.Â
Amaq Locong melihat anaknya itu menggelengkan kepala. Dia pun meneruskan penjelasannya.Â
"Karena kita harus menyadari kemampuan diri kita sendiri. Kita juga harus bercermin pada apa yang kita lakukan. Kalau melakukan kebaikan, tentu balasannya juga akan baik. Begitu, Long. Ngerti kamu?" tanya Amaq Locong sambil melihat tembolak dia samping hidangan.Â
Amaq Locong pun kembali melanjutkan penjelasannya, "Cangkang kerang ini artinya kematian. Menandakan bahwa amal kebaikanlah yang akan dibawa mati. Karenanya berbuat baiklah agar selamat di akhirat nanti. Begitu, Long."
Keduanya pun berbagi tawa. Terlebih ketika Solong mampu menceritakan kembali penjelasan ayahnya. Namun, tiba-tiba tawa keduanya berhenti ketika seorang perempuan menghampiri.Â
"Maaf, Pak. Jadi, Bapak pesan berapa porsi?" tanya perempuan itu sambil duduk di hadapan Amaq Locong dan Solong.Â
Amaq Locong dan Solong berbagi tatap. Keduanya mendadak terdiam. Mereka tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu.Â
Amaq Locong pun akhirnya berhasil menenangkan diri dan angkat bicara, "E e e... Maaf, Bu. Saya tidak pesan apa-apa."
Pelayan warung itu menatap Amaq Locong dan Solong bergantian. Dia terlihat mengernyitkan dahi.Â
"Saya kemari sebenarnya hanya ingin mengembalikan ini. Tadi saya menemukannya di dekat tempat sampah di depan warung," kata Amaq Locong kemudian sambil menyodorkan lembar menu kepada perempuan itu.Â
Amaq Locong pun berdiri diikuti Solong dan pelayan itu. Sebelum pamit dia berkata, "Saya mengambil ini karena sepertinya ini tadi ikut terbuang tanpa sengaja. Saya juga melihat sepertinya ini masih bermanfaat."