Mohon tunggu...
Sudirman Sultan
Sudirman Sultan Mohon Tunggu... Lainnya - Widyaiswara Balai Diklat LHK Makassar

Jagawana/Polisi Kehutanan di Taman Nasional Taka Bonerate 1999-2004 Widyaiswara di Balai Diklat LHK Makassar 2005 S/d Sekarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jagawana, Awal Karirku sebagai Rimbawan

15 April 2019   11:18 Diperbarui: 15 April 2019   12:11 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak pernah terlintas dalam hatiku sedikitpun, kalau saya akan mengawali pekerjaanku di instansi pemerintah dengan profesi sebagai Jagawana. Dan bahkan kata Jagawanapun tidak pernah saya dengar selama saya menempuh pendidikan formal mulai dari SD sampai perguruan tinggi.  Namun takdir berkata lain, saya memulai karirku sebagai CPNS dalam Formasi Jagawana.

27 Januari 1997, saya telah berhasil menyelesaikan Studi S1 pada program studi Agronomi Fakultas Pertanian dan Kehutanan (Fapertahut) Universitas Hasanuddin dengan gelar Sarjana Pertanian (SP).   Studi S1 saya selesaikan dengan masa studi 4 tahun 7 bulan.  Skripsi sebagai tugas akhir Studi S1 berjudul "Pembungan dan Pembuahan Tanaman Mangga pada Berbagai Konsentrasi CEPA". 

Meskipun studi S1 sudah selesai, saya masih tetap aktif di kampus menjalankan tugas sebagai Tenaga Pengajar Luar Biasa yang biasa disebut asisten. Tugas yang saya laksanakan adalah sebagai asisten pada mata kuliah Statitika Pertanian, Dasar-Dasar Ekologi Umum dan Rancangan Percobaan Pertanian di Jurusan Budidaya Pertanian Fapertahut Unhas.  

Untuk mata kuliah statistika pertanian dan rancangan percobaan pertanian,  saya juga bertugas sebagai asisten pada fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar dan Univiersitas Kristen Indonesia Paulus (UKIP) Makassar.

Sambil menjalankan tugas sebagai asisten mata kuliah, saya mendaftar sebagai CPNS ataupun karyawan pada setiap instansi yang menyediakan formasi S1 Pertanian.  

Saya pernah mendaftar di Kantor BRI, BKKBN dan Pertanahan. Namun saya belum ditakdirkan bekerja pada instansi tersebut.  Suatu hari di bulan Juli 1998, saya jalan ke Kantor Wilayah (Kanwil) Kehutanan Makassar untuk mencari informasi penerimaan CPNS Kehutanan dengan formasi staf.  Sampai di Kantor Kanwil Kehutanan Makassar, ternyata ada penerimaan CPNS Kehutanan dalam formasi Jagawana. 

Namun waktu pendaftarannya saat itu telah lewat 2 (dua) hari.  Kepada petugas yang saya temui saat itu, saya menanyakan kapan pendaftaran CPNS Kehutanan Formasi Staf dan diinfokan bahwa biasanya bulan oktober. 

Akhirnya saya meninggalkan Kantor Kanwil Kehutanan dan dipertengahan jalan bertemu dengan adik teman KKN.  Yang bersangkutan minta saya temani melihat pengumuman penerimaan CPNS Jagawana, meskipun saya sudah informasikan bahwa pendaftarannya sudah tutup.  

Pada saat kami melihat-lihat pengumuman yang tertempel di papan pengumuman Kanwil Kehutanan Makassar, datanglah seorang pegawai Kanwil Kehutanan yang menanyakan kepada kami tujuan dan keperluan kami.

Pegawai Kehutanan :  " Ada perlu Apa dek..!"

Saya : Cari informasi pendaftaran CPNS pak.  

Pegawai Kehutanan : Ada pendaftaran Jagawana dek, tapi sudah lewat pendaftarannya.  Adek S1 atau SMA ?

Saya : Saya S1 pak dan kalau adek ini (sambil menunjuk adek teman KKN saya)  tamatan SMA.

Pegawai Kehutanan : Kalau SMA banyak pendaftar dek. Tapi kalau S1, saya dengarnya banyak yang tidak lolos administrasi. Karena batas umurnya maksimal 26 Tahun. Sementara yang masukkan berkas banyakan sudah lewat umurnya 26 tahun. Kalau minat, coba ke bagian kepegawaian di lantai 2.  Siapa tahu masih terima berkas kalau S1.

Saya : terima kasih pak infonya.

Sayapun ke bagian kepegawaian di Lantai 2 Kanwil Kehutanan Makassar.  Dan sampai di ruangan ini saya diterima oleh pegawai laki-laki.  Kalau lihat papan namanya, pegawai itu bernama pak Robert.

Pak Robert : Ada perlu apa dek..!

Saya : Tadi saya lihat pengumuman di bawah pak, kalau ada penerimaan CPNS.  Dan saya lihat sudah lewat jadwalnya, namun ada pegawai yg suruh saya ke sini pak. Siapa tahu masih bisa masukkan berkas.

Pak Robert : S1 Fakultas apa, umur nya berapa dan IPK nya berapa...

Saya : S1 Pertanian, Umur 23 tahun dan IPK 3,17 (tiga koma satu tujuh) Pak...

Pak Robert : Coba saya ukur tinggimu...

"Sayapun diukur tingginya oleh Pak Robert, dan tinggi saya 171 cm".  Kemudian Pak Robert mengambil Formulir dan menyerahkan kepada saya.

Pak Robert : Ini formulirnya, kalau memang kamu berminat.  Tolong kembalikan formulir itu paling lambat jam 10 Wita besok. Karena Jam 12.00 Wita berkas itu akan kami kirim ke Jakarta.

Saya : terima kasih pak.

(sayapun pamit pulang sama pak Robert).

Setelah dari kantor kanwil, saya kembali ke Kampus dan konsultasi dengan Dosen yang saya ikuti sebagai asisten mata kuliah.

Saya : Pak, ada pendaftaran CPNS Kehutanan Formasi Jagawana.  Saya sudah ambil Formulir (dengan memperlihatkan formulir pendaftaran Jagawana).

Dosen : Serius mau daftar jadi Jagawana (dengan menatap saya seakan tidak percaya).  Apa kamu tahu, apa itu Jagawana ?

Saya : Apakah itu Jagawana Pak ?

Dosen : Jagawana itu Polisi Kehutanan. Jadi pasti kalau kamu Lulus, pendidikan seperti Polisi.

Penjelasan Pak Dosen membuatku berpikir dua kali untuk mengembalikan formulir itu, Namun tetap terucap dimulutku :

Saya : Saya coba daftar saja pak. Cari pengalaman tes. Belum tentu juga lulus. Hehe.

Di tempat kos, sambil mengisi formulir pendaftaran Jagawana, saya masih dipenuhi kebimbangan setelah mendegarkan penjelasan apa itu jagawana dan bagaimana pendidikannya nanti setelah lulus. Apakah formulir itu saya kembalikan atau tidak ?  Dan pada akhirnya saya memutuskan bahwa dikembalikan saja formulirnya untuk cari pengalaman tes, dan belum tentu juga lulus.

Dua minggu setelah pengembalian formulir pendaftaran Jagawana, sayapun mendapat panggilan tes tahap pertama yaitu tes tertulis tentang kemampuan akademik.  Jumlah peserta tes tulis dengan kualifikasi pendidikan S1 sebanyak 17 orang dan yang pendidikan SMA sangat banyak yang mendaftar (jumlahnya saya kurang tahu pasti saat itu).  Dan dari 17 orang pendidikan S1 yang mendaftar, ternyata yang lulus sebanyak 10 orang, dan harus mengikuti tes berikutnya yaitu tes kesamaptaan dan tes kesehatan lengkap.

Meskipun selama ini saya tidak pernah olah raga atau latihan lari, saya harus menjalani tes lari karena itu adalah rangkaian dari tes kesamaptaan.  Jenis tes kesamaptaan yang diikuti saat itu adalah lari 12 (dua belas) menit dan shuttle run di lapangan SPN Batua Makassar.  Saat pelaksanaan tes lari 12 (dua belas) menit, saya hanya berlari saja menyelesaikan waktu yang tersedia meskipun dada ini terasa mau pecah.  

Saya tidak ingat lagi berapa putaran, yang jelas saya hanya berlari selama waktu yang disediakan.  Dan setelah waktu berakhir, saya membaringkan badan saya di lapangan untuk mengatur kembali napas di dada yang terasa mau pecah. Setelah istrahat dan waktunya sangat singkat untuk istrahat, sayapun dipanggil untuk mengikuti rangkaian tes kesamaptaan berikutnya.  

Alhamdulillah tes kesamaptaan  dapat saya ikuti dengan baik, dan saya tidak mau tahu bagaimana hasilnya.  Yang terpikir waktu itu, saya mengikuti setiap rangkaian tes demi tes. 

Tes kesehatan lengkap dilaksanakan di RS Bhayangkara Makassar. Banyak rangkaian tes kesehatan lengkap yang dilaksanakan, namun yang paling berkesan adalah pada saat kami harus telanjang di sebuah ruangan dan harus diperiksa oleh tim medis.  Meskipun tidak enak, itu adalah proses tes yang harus kami lewati dalam pendaftaran formasi Jagawana.

Rangkaian tes demi tes telah kami jalani.  Tibalah bulan September 1998 yang memberikan kabar bahwa saya Lulus dalam Formasi Jagawana dan harus melengkapi berkas pendaftaran ulang.  Setelah pendaftaran ulang, 2 minggu setelah pengumuman Lulus kami harus berangkat ke Pusdik Brimob Watukosek untuk mengikuti Diklat Pembentukan Jagawana.  

Sejak pengumuman kelulusan, setiap orang yang mendengar saya lulus Jagawana meragukan kesanggupan saya dalam mengikuti Diklat Pembentukan Jagawana, apalagi pelaksanaannya di tempat yang terkenal sangar.  Sedangkan Polisi Umum saja banyak yang merasa berat pendidikan di tempat ini.  

Orang tua sayapun meragukan dan mengatakan "Bisajako itu nak, pendidikan Polisi itu .!".  Sayapun hanya mengatakan kepada Ayahanda "Insya Allah BIsa.  Kalau Orang Lain bisa, kenapa saya Tidak Bisa.  Dan Kalau patah-patah itu, dikirimjha pulang itu pak...hehehe". 

Dengan kata-kata tersebut, ternyata membuat mental saya untuk berani maju dan membuktikan bahwa meskipun badan saya kurus, tidak pernah olahraga, saya BISA menjalani Diklat Pembentukan Jagawana dengan baik.  Dan saya harus pulang dengan membawa SK CPNS Jagawana.  

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun