Mohon tunggu...
Sudirman Hasan
Sudirman Hasan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Asli Jombang dan kini mengabdikan diri di sebuah lembaga pendidikan di Malang. "Dengan menulis, aku ada. Dengan tulisan, aku ingin hidup seribu tahun lagi..."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suami Terlalu Macho, Istri Gugat Cerai (Laporan Mediasi)

21 September 2016   12:08 Diperbarui: 21 September 2016   12:29 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siti kali ini sudah kuat menahan kesabaran. Bertahun-tahun ia hidup dengan suami namun kebahagiaannya tak kunjung tiba. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan ritme kehidupan pasangan hidup yang awalnya ia sangat cintai. Namun, kini setelah 13 tahun menikah, ia harus rela mengajukan gugatan cerai untuk memisahkan dirinya dari  suaminya yang sebenarnya tergolong tampan dan macho itu.

Awalnya, ia memang sangat mencintai suaminya, Roni. Ia menikah dengan pria pilihannya adalah suatu kebanggaan tersendiri. Roni tergolong sempurna. Tubuhnya tinggi atletis dan wajahnya yang rupawan. Banyak wanita yang jatuh hati padanya. Oleh sebab itu, ketika ia berhasil menaklukkan hati pria ini, Siti merasa dunia adalah miliknya. Ia akan bangga membawa kemana saja suaminya dan akan membuat sekian orang iri padanya.

Namun, hidup bersama pria tampan semacam Roni ternyata tidak selalu menyenangkan. Lelaki model ini ternyata banyak menghabiskan waktu hanya untuk merawat tubuh dan ototnya. Alhasil, ia tidak terlalu suka bekerja keras dan hanya menghabiskan uang. Pada mulanya, Siti dapat menerima gaya hidup suaminya. Ia kerap ditinggal sendiri di rumah bersama dua anaknya yang masih kecil sedangkan suaminya pergi entah kemana dalam waktu yang lama. Kabarnya, suaminya bekerja di sebuah jasa pariwisata yang sering pergi ke luar kota sehingga sulit baginya untuk pulang setiap hari.

Tiap akhir pekan, Roni pulang. Ia layaknya suami yang bertanggung jawab sering memberikan nafkah kepada keluarganya.  Namun, selama di rumah, tidak berniat dalam hatinya untuk membantu meringankan tugas isterinya yang sehari-hari waktunya habis mengurus anak dan rumah. Baginya, tugas suami adalah mencari uang di luar sedangkan tugas istri adalah mengurus rumah sampai tuntas tanpa harus dibantu suami meskipun suami sedang longgar. Sungguh tidak elok jika lelaki macho semacam dirinya turut campur urusan rumah tangga, seperti mencuci baju, mencuci piring, menyapu, menyiram bunga, atau memandikan anak. Itu adalah tugas perempuan!

Dengan alasan capek, Roni lebih senang menghabiskan waktu untuk tidur, nonton TV, atau main sama kawan-kawannya di luar rumah.  Ia tampak jarang bermain dan bercanda dengan kedua anaknya. Jika ia kesal atau keinginannya tidak terpenuhi, Roni sering mengucap kata-kata kotor atau bahkan mengancam akan menceraikan isterinya. Tak jarang ia menyakiti fisik isteri dan anak-anaknya. Oleh karenanya, jika ia pulang, bukannya anak-anak senang, tetapi justru kehadiran Roni dianggap ancama bagi ketenangan anak-anaknya.

Sejak merasakan rumah tangga yang tidak nyaman, sebenarnya Siti sudah punya keinginan untuk bercerai. Namun ia bertahan sampai ia bisa mempunyai penghasilan sendiri. Selama ini, ia masih menggantungkan ekonominya yang pas-pasan kepada suaminya. Ia berusaha mencari pekerjaan yang layak demi menghidupi dirinya dan anak-anak. Kini tibalah saat yang tepat untuk melepas dari suaminya.

Di ruang mediasi, Siti mencurahkan seluruh gundah-gulananya selama menjadi istri Roni. Baginya, wajah tampan dan gagah milik Roni tidak menjamin kebahagiaan hidupnya. Di balik keelokan rupa, ternyata Roni adalah sosok lelaki kasar yang suka menganiaya. Cukuplah baginya penderitaan selama lebih dari 10 tahun itu. Ia sudah bisa mandiri secara ekonomi dan ia yakin dapat membesarkan kedua anaknya tanpa Roni.

Sebenarnya, kasus besar pernah terjadi di tahun awal pernikahannya. Roni sempat menjatuhkan talak pada Siti di saat Siti belum memberikan keturunan. Emosi meledak-ledak yang kerap menghinggapi pasangan muda membuat Roni tidak dapat mengontrol ucapannya.

Terlontar kata-kata talak dari Roni sehingga mereka sempat dipaksa untuk mengulang kembali prosesi akad nikah yang disebut Mbangun nikah itu. Dengan Mbangun Nikah, hubungan mereka dianggap baru dan mereka dapat melanjutkan pernikahannya. Hanya saja, situasi setelah peristiwa itu, tetap saja tidak berubah. Roni tetaplah Roni yang kurang dapat menempatkan diri sebagai suami idaman Siti. Oleh sebab itu, Siti hanya punya satu keinginan, cerai dengan Roni!

Sayangnya, di ruang mediasi itu, Roni masih tidak mau melepas Siti. Baginya, Siti adalah sosok yang amat ia cintai. Oleh sebab itu, ia ingin berubah. Ia berjanji untuk memperbaiki kelakuannya yang selama ini sudah tidak nyaman bagi Siti dan anak-anak. Ia ingin pindah kerja dan akan lebih sering membantu tugas-tugas di rumah. Ia mau berlatih lebih sabar dan sayang asalkan  Siti mau menerimanya. Ia akan lebih sering menghabiskan waktu luangnya bersama keluarga ketimbang hanya merawat ototnya atau bercengkerama dengan kawan-kawannya.

Di sisi lain, Siti tetap bersikukuh ingin bercerai. Baginya, sikap Roni sudah terlambat. Mengapa tidak dari dulu? Padahal, Siti sudah mengingatkan berkali-kali bahwa dirinya sudah tidak tahan melihat sikap Roni. Setiap Siti mengeluh, Roni hanya tersenyum sinis dan tidak peduli dengan perasaan isterinya. Siti sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun, tidak ada reaksi positif dari Roni untuk memperbaiki rumah tangganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun