Keterangan Foto : Para Petani Kelapa Sawit Mamuju Tengah sedang diberikan pengarahan oleh Muh. Ilyas, Di Bukit Sentang Langkat Medan, Sumatera Utara
Mamuju - Kelapa Sawit merupakan komoditas andalan yang di miliki petani di Mamuju Tengah selain dari Kakao, hamparan tanaman sawit yang membentang dari Kec. Pangale Kab. Mamuju Tengah sampai ke Kec. Bambalamutu Kab. Mamuju Utara dengan arera perkebunan ratusan hektar, baik yang dikelola berdasarkan perkebunan Inti Rakyat maupun plasma.
Para petani Mamuju Tengah merasa belum cukup berpengalaman dalam mengembangkan dan membudidayakan tanaman penghasil CPO (Crudel Plam Oil) atau minyak kelapa sawit, untuk lebih menambah pengalaman tersebut para petani sawit Mamuju Tengah yang berjumlah 21 orang petani yang berasal dari Kecamatan Pangale, Topoyo, Karossa dan Tobadak menimba pengalaman persawitan di Kecamatan Babatan Desa Bukit Sentang Kabupaten Langkat Sumatera Utara sebagai pusat Penelitian Sawit Indonesia.
Melalui Program Bimbingan Tehnis Pengembangan Tanaman Sawit Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat, 21 orang petani Mateng belum lama ini telah melakukan sekolah lapangan selama 2 hari di Pusat Penelitian Tanaman Sawit Langkat yang terintegrasi dengan pengelolahan Pakan ternak yang bahan pokoknya berasal dari pelepah kelapa sawit.
Ketua Rombongan yang juga selaku Kepala Seksi Pemberdayaan dan Kelembangaan Provinsi Sulawesi Barat, Ir. Syahruddin mengatakan, tujuan pembelajaran para petani kelapa sawit Mamuju Tengah ke Langkat Sumatera Utara adalah untuk memperkaya pengalaman para petani sawit Mamuju Tengah tentang apa yang belum mereka pahami selama ini tentang pengembangan Kelapa Sawit, apalagi di Pusat penelitian Kelapa Sawit di Bukit Sentang Langkat Sumatera Utara merupakan percontohan budidaya kelapa sawit yang terintegrasi dengan pemanfaatan limbah sawit menjadi pakan ternak, ucapnya.
Di pusat Penelitian Sawit Bukit Sentang ini merupakan percontohan terbaik untuk tanaman sawit di Indonesia, karena di Area tersebut dikembangkan produksi pakan ternak dari limbah sawit terutama pelepahnya, kata Syahruddin.
Kedatangan rombongan petani sawit Mamuju Tengah ke Bukit Sentang Langkat di sambut oleh Kepala Bidang Pembibitan dan Ternak Pusat Penelitian Kelapa Sawit Bukit Sentang Langkat SUmatera Utara, Muh. Ilyas.
Para petani Sawit Mateng yang berada di lokasi tersebut diberikan bimbingan secara tuntas tentang tata cara pembibitan dan pemeliharaan Tanaman Sawit.
Menurut Muh. Ilyas, untuk mendapatkan bibit sawit yang berkualitas proses budidaya harus mendapatkan subsidi pupuk NPK secara tunggal bukan majemuk "proses pemupukan untuk bibit atau anakan sawit sangat menentukan kualitas yang akan di tanam, olehnya itu pemupukan mesti secara tunggal artinya komponen pupuk tersebut tidak di campur tetapi masing masing satu bagian", ujarnya.
Lebih detail Muh. Ilyas juga menjelaskan tentang bagaimana limbah sawit yang dapat diolah menjadi pakan ternak, ide pemanfaatan limbah sawit untuk pakan ternak sudah lama namun baru terealisasi pada tahun 2009,.
Menurutnya, pengelolahan pakan tersebut didukung oleh 2 unit mesin pencincang pelepah sawit, masing masing bertype G5 dengan total prosuksi serbak pelepah sawit 750 kg perjam dan type G6 dengan produksi serbuk pelepah sawit sebesar 1500 kg/jam.
Olahan serbuk ini kemudian dipermentasi untuk menambah kandungan vitamin, protein dan karbonhidrat dengan campuran cincangan pelepah sawit, bungkul inti sawit, dedak sagu, dan molases yang ingklup dalam pakan, kata Muh. Ilyas kepada para petani Mateng.
Selain pembuatan pakan ternak, ditempat itu pula dikembangkan juga pengelolahan kotoran ternak sapi yang di budidaya di Puslit kelapa sawit tersebut, pengelolahan kotoran tersebut menghasilkan pupuk padat dan cair untuk tanaman sawit, Program integrasi lain dari kotoran ternak tersebut Kata Ilyas adalah produksi Bio Gas yang dapat menopang suplai Gas untuk memasak dan penerangan.
Dirinya dan 20 Karyawan di Puslit kelapa sawit tersebut sejak tahun 2012 tidak pernah lagi membeli gas konvesional, "Kami tidak pernah mengetahui berapa harga gas di pasaran karena sejak tahun 2012 hasil olahan ternak ini menjadi bio gas sebagai penopang utama untuk melakukan kegiatan memasak setiap hari serta untu keperluan lainnya" Kata Ilyas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H